Jumat, 04 Januari 2013

BIODIVERSITAS

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.

Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator.

Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dala BIODIVERSITAS

1.   Pengertian Sumber Daya Alam Hayati (Biodiversitas)

    Pengertian Biodiversitas (dari Society of American Foresters):
keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologis yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, di antara spesies, dan ekosistem.Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada. Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan ekosistem (http://www.globalissues.org/article/170/why-is-biodiversity-important-who-cares).

    Menurut adif, (http://addiehf.wordpress.com/2007/06/14/keanekaragaman-sumber-daya-alam-hayati-dan-konservasinya/) Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau proses pada semua level di atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke regional dan global. Biodiversitas dapat pula dikelompokkan ke dalam: diversitas komposisional, struktural dan fungsi

1.      Diversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem. Menjaga diversitas genetik sangat penting bagi eksistensi diversitas spesies, sedangkan menjaga diversitas ekosistem penting untuk menyediakan habitat yang diperlukan untuk mengonservasi berbagai spesies.

2.      Diversitas struktural berkaitan dengan susunan spasial unit-unit fisik. Pada level tegakan, diversitas struktural dapat dikarakterisasi dengan jumlah strata dalam hutan, misalnya kanopi tumbuhan utama, subkanopi, semak, tumbuhan herba. Pada level bentang alam, diversitas struktural dapat diukur dengan distribusi kelas-kelas umur pada suatu hutan atau susunan spasial dari ekosistem yang berbeda.

3.      Diversitas fungsional merupakan variasi dalam proses-proses ekologi, seperti pendauran unsur hara atau aliran energi. Ini merupakan komponen yang paling sulit untuk diukur dan dipahami.

    Ahli ekologi membedakan biodiversitas pada skala spasial pada tiga kategori: alpha, beta dan gamma . Diversitas alpha adalah diversitas di dalam suatu habitat. Diversitas beta merupakan diversitas di antara habitat, sedangkan diversitas gamma merupakan diversitas di antara  geografi (diversitas skala geografi).   

    Sedangkan dalam Wikipedia, Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.

    Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas dapat kita simpulkan pengertian biodiversitas atau yang kita kenal dengan keanekaragaman hayati adalahkeanekaragaman makhluk hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan ekologinya, dimana makhluk hidup tersebut terdapat. Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatanyaitu:

1. Keanekaragaman genetik, merupakan keanekaragaman yang paling hakiki, karena keanekaragaman ini dapat berlanjut dan bersifat ditunkan. Keanekaragaman genetik ioni berhubungan dengan keistimewaan ekologi dan proses evolusi.

2. Keanekareagaman jenis, meliputi flora dan fauna. Beraneka ragam jenis memiliki perilaku, strategi hidup, bentuk, rantai makanan, ruang dan juga ketergantungan antara jenis satu dengan yang lainnya. Adanya keanekaragaman yang tinggi akan menghasilkan kestabilan lingkungan yang mantap.

3. Keanekaragaman Ekosistem, tercakup didalamnya genetic, jenis beserta lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman hayati yang paling kompleks. Berbagai keanekaragaman ekosistem yang ada di Indonesia misalnya ekosistem hutan dan pantai, hutan payau (mangrove), hutan tropika basah, terumbu karang, dan beberapa ekosistem pegunungan, perairan darat maupun lautan. Pada setiap ekosistem terdapat berbagai jenis organisme, baik flora maupun fauna, dan mereka memiliki tempat hidup yang unik.

2.   Pentingnya Biodiversitas

    Banyak ahli biologi yang mempelajari keanekaragaman hayati membatasi diri untuk tujuan penilaian proses-proses ekologi. Lain percaya bahwa para ilmuwan harus mengomentari moral, filosofis dan aspek politik keanekaragaman hayati. 
    Pendekatan pertama berisiko kehilangan banyak spesies tanaman dan hewan untuk eksploitasi atau perkembangan, sedangkan yang kedua membawa orang untuk mempertanyakan keberpihakan dari kesimpulan ilmiah. Mana yang menurut Anda lebih baik?



Argumen untuk melindungi keanekaragaman hayati terbagi dalam dua kategori: 
    Keanekaragaman hayati memiliki nilai intrinsik yang bernilai untuk melindungi terlepas dari nilainya bagi manusia. Argumen ini berfokus pada pelestarian semua spesies, bahkan jika mereka setara ekologis spesies.


    Keanekaragaman hayati melakukan sejumlah layanan ekologis untuk manusia yang memiliki ekonomi, estetika atau nilai rekreasi. Argumen ini berfokus pada pelestarian spesies sejak nonequivalent ekologis ekologis yang setara yang berlebihan dalam hal layanan yang diberikan

(G. Bell, pers comm)

    Kedua sudut pandang (intrinsik dan antroposentris) tidak perlu bertentangan, karena mereka melayani tujuan akhir yang sama. Namun, mereka sering dianggap tidak cocok karena mereka berasal dari dua filosofi yang sangat berbeda: salah satu yang dilihat alam sebagai bawaan berharga dan salah satu yang menganggap itu sebagai bernilai ekonomis.

 
3.   Nilai-Nilai Keanekaragaman Hayati

3.1 Nilai Ekologis

Setiap sumberdaya alam merupakan unsur ekosistem alam. Sebagai misal, suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai pelindung tata air dan kesuburan tanah. Suatu jenis satwa dapat menjadi key species yang menjadi kunci keseimbangan alam.

3.2  Nilai Komersial

Secara umum telah dipahami bahwa kehidupan manusia tergantung mutlak kepada sumber daya alam hayati. Keanekaragaman hayati mempunyai nilai komersial yang sangat tinggi. Sebgai gambaran, sebagian dari devisa Indonesia dihasilkan dari penjualan kayu dan bentuk-bentuk lain eksploitasi hutan.

3.3 Nilai Sosial dan Budaya

Keanekaragaman hayati mempunyai nilai sosial dan budaya yang sangat besar. Suku-suku pedalaman tidak dapat tinggal diperkotaan karena bagi mereka tempat tinggal adalah hutan dan isinya. Sama halnya dengan suku-suku yang tinggal dan menggantungkan hidup dari laut. Selain itu keanekaragaman hayati suatu negara lain didunia. Konstribusi-konstribusi ini tentunya memberikan makna sosial dan budaya yang tidak kecil.

3. 4 Nilai Rekreasi

Keindahan sumber daya alam hayati dapat memberikan nilai untuk menjernihkan pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan bagi yang menikmatinya. Kita sering sekali pergi berlibur ke alam, apakah itu gunung, gua atau laut dan lain sebagainya, hanya untuk merasakan keindahan alam dan ketika kembali ke perkotaan kita merasa berenergi untuk terus melanjutkan rutinitas dan kehidupan.

3.5 Nilai Penelitian dan Pendidikan

Alam sering kali menimbulkan gagasan-gagasan dan ide cemerlang bagi manusia. Nilai ini akan memberikan dorongan untuk mengamati fenomena alam dalam bentuk penelitian. Selain itu alam juga dapat menjadi media pendidikan ilmu pengetahuan alam, maka sangat diperlukan bahan untuk penelitian maupun penghayatan berbagai pengertian dan konsep suatu ilmu pengetahuan.
Konservasi Biodiversitas

Istilah konservasi mempunyai definisi pemanfaatan dan pengelolaan alam dan sumber daya alam yang bijaksana bagi kepentingan manusia. Konsep konservasi pada intinya adalah melindungi, memanfaatkan dan mempelajari.

Kegiatan konservasi mencakup beberapa sektor, yaitu sektor ilmiah, sektor sosial budaya dan sektor pengolahannya. Ketiga sektor ini harus saling melengkapi mengikat satu sama lainnya. Sektor ilmiah melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian-penelitian dan pengamatan yang bersifat ilmiah, artinya kegiatan ini bersifat terbuka, terukur, sistematik nalar dan berkaitan dengan sistematik yang ada. Misalnya penelitian tentang satu jenis folra dan fauna tertentu, baik dari populasi atau habitatnya. Sektor sosial budaya dan ekonomi perlu dipahami, sebab latar belakang masyarakat berpengaruh terhadap perlindungan pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati. Sektor pengolahan adalah bagaimana manusia mengelola sumber daya alam yang ada secara bijaksana.

Dukungan yang mengglobal terhadap konservasi didasarkan karena penghargaan estetika, pengetahuan bahwa produk-produk yang berguna dapat saja berasal dari jenis yang belum dikenali, dan pengertian bahwa lingkungan harus menjadi fungsi biosphere yang tepat, khusunya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia akan udara, air dan tanah, yang mana saat ini mengalami degradasi yang sangat cepat.

Akan tetapi usaha-usaha konservasi menjadi rumit dan kompleks dengan adanya kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh setiap orang dimuka bumi ini. Para konservasionis murni akan memilih untuk melakukan pembangunan total pada kehidupan alam, akan tetapi kenyataan politik dan ekonomi memaksa bahwa pendekatan ini tidak dapat dilaksanakan.

Pada kenyataannya, tiga nilai yang terkandung dalam konsep konservasi, yaitu melindungi, memanfaatkan dan mempelajarri masih belum berjalan secara seimbang. Nilai pemanfaatan jauh lebih banyak diterapkan dari pada dua nilai yang lainnya. Inilah yang menjadi akar permasalahan dalam usaha-usaha konservasi dimana saja, terutama di negara-negara berkembang (http: //addiehf.wordpress.com/2007/06/14/keanekaragaman-sumber-daya-alam-hayati-dan-konservasinya/).

Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa konservasi merupakan salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan untuk melindungi keanekaragaaman hayati agar tetap seimbang dan tetap utuh (tidak punah). Konservasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara in-situ dan exsitu.

Ex-situ conservation means literally, "off-site conservation". It is the process of protecting an endangered species of plant or animal outside of its natural habitat; for example, by removing part of the population from a threatened habitat and placing it in a new location, which may be a wild area or within the care of humans. While ex-situ conservation comprises some of the oldest and best known conservation methods, it also involves newer, sometimes controversial laboratory method (http://en.wikipedia.org/wiki/Ex-situ_conservation).

Konservasi ex-situ secara harfiah berarti, "off-site konservasi". Ini merupakan proses melindungi spesies yang terancam tumbuhan atau binatang di luar habitat alaminya, misalnya dengan membuang bagian dari populasi dari habitat yang terancam dan menempatkannya di lokasi yang baru, yang mungkin menjadi daerah liar atau di dalam perawatan manusia. Sementara konservasi ex-situ terdiri dari beberapa tertua dan terkenal metode konservasi, tetapi juga melibatkan lebih baru, kadang-kadang kontroversial metode laboratorium. In-situ conservation means "on-site conservation". It is the process of protecting an endangered plant or animal species in its natural habitat, either by protecting or cleaning up the habitat itself, or by defending the species from predators. This term refers also to the conservation of genetic resources in natural populations of plantor animal species, such as forest genetic resources in natural populations of tree species, and is increasingly being applied to conservation of agricultural biodiversityin agroecosystems by farmers, especially those using unconventional farming practices. One benefit to in-situ conservation is that it maintains recovering populations in the surrounding where they have developed their distinctive properties. Another is that this strategy helps ensure the ongoing processes of evolution and adaptation within their environments. As a last resort, ex-situ conservation may be used on some or all of the population, when in-situ conservation is too difficult,  or impossible (http://en.wikipedia.org/wiki/In-situ_conservation).

Konservasi in-situ berarti "di tempat konservasi". Ini adalah proses untuk melindungi tanaman yang terancam punah atau spesies hewan dalam habitat alami, baik dengan melindungi atau membersihkan habitat itu sendiri, atau dengan mempertahankan spesies dari predator. Istilah ini mengacu juga untuk konservasi sumber daya genetik dalam populasi alami tumbuhan atau spesies hewan, seperti sumber daya genetik hutan alam jenis pohon populasi, dan semakin banyak diterapkan pada pertanian konservasi keanekaragaman hayati di agroecosystems oleh petani, khususnya mereka yang menggunakan inkonvensional praktek pertanian. Satu keuntungan untuk konservasi in-situ adalah bahwa hal itu memulihkan mempertahankan populasi di sekitar di mana mereka telah mengembangkan sifat-sifat khas mereka. Lain adalah bahwa strategi ini akan membantu memastikan proses-proses yang sedang berlangsung evolusi dan adaptasi dalam lingkungan mereka. Sebagai usaha terakhir, konservasi ex-situ dapat digunakan pada beberapa atau seluruh penduduk, ketika konservasi in-situ terlalu sulit, atau tidak mungkin (http://en.wikipedia.org/wiki/In-situ_conservation).

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan sebagai berikut;

Konservasi in situ adalah upaya konservasi suatu species di habitat aslinya, sebaliknya konservasi ek situ adalah upaya konservasi suatu species di luar habitat aslinya. Pada perkembangannya, terminologi konservasi ek situ cenderung terspesialisasi menjadi suatu upaya konservasi yang dilakukan di luar habitat manusia dengan intervensi manusia yang cukup intensif, sehingga rujukan contoh kawasan konservasi eksitu adalah kebun binatang (zoos), kebun raya (botanical garden), sea world (aquaria), bank genetik, kebun plasma nutfah dsb.

Berdasarkan data (http://www.fkt.ugm.ac.id/id/blog-alumni/konservasi-di-lahan-budidaya-farm-conservation-sebuah-alternatif-upaya-konservasi), Pendekatan konservasi eksitu memiliki kritik berkaitan dengan (1) minimnya jumlah jenis yang dikonservasi, karena terutama hanya berfokus pada mamalia, reptilia dan aves, sementara takson lain diabaikan, (2) membutuhkan pendanaan yang cukup besar, (3) membutuhkan keahlian khusus, sehingga cenderung ekslusif dimana tidak semua orang mampu melakukannya, hanya yang memiliki keahlian atau ketrampilan tertentu, (4) etika yang berkaitan dengan kesejahteraan hewan (animal welfare).

Sedangkan konservasi insitu juga memiliki kelemahan yang berkaitan dengan (1) kebutuhan luasan yang cukup luas, saat ini sulit mengalokasikan lahan yang cukup luas agar tidak bertabrakan dengan kepentingan ekonomi masyarakat setempat, dan (2) jaminan kelestarian populasi sulit dipertanggungjawabkan selama konflik sosial ekonomi masih ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar