Jumat, 01 Februari 2013

Balasan Bagi Orang Yang Berbuat Baik



قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَّ رَجُلًا، رَأَى كَلْبًا، يَأْكُلُ الثَّرَى، مِنْ الْعَطَشِ، فَأَخَذَ الرَّجُلُ خُفَّهُ، فَجَعَلَ يَغْرِفُ لَهُ بِهِ، حَتَّى أَرْوَاهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ، فَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ. (صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Sungguh seorang pria melihat anjing menjilati tanah karena kehausan, maka pria itu mencabut sepatunya untuk menciduk air untuknya, maka anjing itu minum sampai puas, maka Allah berterimakasih pada pria itu dan memasukkannya ke surga” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Bercahaya menerangi jiwa untuk mengenali penciptanya. Cahaya Allah subhanahu wata’ala berpijar menerangi sanubari sehingga muncul ketenangan dan kedamaian di dalamnya, yang dengan itu sirnalah dari dalam hatinya keinginan-keinginan untuk berbuat hina dan tergantikan dengan cahaya keinginan untuk berbuat mulia. Itulah cahaya Allah subhanahu wata’ala, betapa agungnya ketika cahaya itu muncul dalam sanubari manusia, sungguh sebutir kerinduan kita kepada Allah subhanahu sangatlah agung dan berharga, karena ketika kita merindukan perjumpaan dengan Yang Maha Indah, maka ketika itu pula Allah subhanahu wata’ala merindukan kita, sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
إِذَا أَحَبَّ عَبْدِيْ لِقَائِي أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“ Jika seorang hamba menyukai pertemuan denganKu, Aku (Allah) menyukai pertemuan dengannya”
Telah terlewat belasan tahun bahkan puluhan tahun dari kehidupan kita, adakah diantara waktu-waktu yang terlewatkan itu detik-detik kita merindukan Allah subhanahu wata’ala?!. Hari ini sejak kita terbangun dari tidur hingga malam hari ini akan tidur kembali, adakah diantara detik-detik itu kita merindukan Allah subhanahu wata’ala?!. Ingatlah bahwa tidak satu detik pun yang telah terlewatkan dari kehidupan ini akan kembali kepada kita, akan tetapi setiap detik yang terlewatkan dari kita telah tercatat di dalamnya setiap perbuatan baik atau buruk yang kita lakukan dilakukan. Bagaimana kelak ketika kita akan berhadapan dengan Allah subhanahu wata’ala, ketika Allah subhanahu wata’ala melihat hambaNya tidak pernah merindukan Allah dalam setiap waktu-waktu yang terlewatkan darinya ketika di dunia, bahkan tidak pernah terlintas dalam keinginannya untuk rindu dan berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala, Ingatlah firman Allah dalam hadits qudsi :
وَ إِذَا كَرِهَ لِقَائِيْ كَرِهْتُ لِقَاءَهُ
“ Dan jika (hamba) membenci pertemuan denganKu, Aku (Allah) membenci pertemuan dengannya”
Maka dimanakah tempat kembali orang yang tidak diinginkan perjumpaannya oleh Allah?!, sebelum menghadapi hisab atas amal-amalnya, mereka telah sampai ke dalam neraka, wal’iyadzu billah, karena Allah tidak mau melihatnya, sebab semasa hidupnya di dunia tidak pernah terlintas di dalam hatinya kerinduan untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi orang yang merindukan perjumpaan dengan Allah maka Allah juga merindukan perjumpaan dengannya. Adakah di dalam catatan amalan kita yang kelak akan dibacakan dihadapan Allah subhanahu wata’ala, tertulis di dalamnya detik-detik terindah ketika kita sedang dirindukan oleh Allah subhanahu wata’ala karena disaat itu kita merindukan Allah subhanahu wata’ala?!. Rindu kepada Allah adalah sesuatu yang paling mulia dari segala perbuatan mulia yang ada dalam diri manusia, namun lebih jauh lebih mulia ketika seorang hamba dirindukan oleh Allah subhanahu wata’ala, karena ia lewati usianya dalam kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka senantiasa kita memohon dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar kehidupan dunia yang sementara ini jangan sampai menghalangi kita dari kerinduan kepadaNya, begitu juga setiap musibah dan kenikmatan yang kita lewati janganlah sampai membuat kita terjauhkan dari kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga kita semua yang hadir di tempat ini diberi taufiq oleh Allah subhanahu wata’ala untuk senantiasa dipenuhi dengan kerinduan kepada Allah, sehingga menjauhkan dari kita segala musibah zhahir dan bathin di dunia dan akhirat. Masa depan kita berada dalam genggaman kekuasaan Allah subhanahu wata’ala, betapa banyak orang yang di saat ini dalam tawa dan dalam kesenangan, namun keesokan harinya Allah memberinya musibah atau cobaan dengan penyakit stroke, hingga tidak dapat berbicara dengan benar, hartanya habis untuk biaya pengobatannya namun keadaannya tidak berubah, demikian keadaan yang dihadapinya hingga ajal menjemputnya. Begitu juga banyak diantara orang yang di hari itu dalam canda dan tawa di dunia namun keesokan harinya ia telah menghembuskan nafas terakhir, dan ia tidak mengetahui bahwa malam sebelum hari kematiaannya adalah malam terakhir baginya dalam kehidupan dunia, kemudian malam-malam berikutnya ia telah berada di alam kubur. Maka beruntung bagi orang-orang yang merindukan Allah subhanahu wata’ala, dan hal ini perlu selalu kita minta kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena kita manusia yang penuh dengan dosa ini barangkali sangat jarang dan sedikit sekali merindukan Allah subhanahu wata’ala dan lebih memilih untuk merindukan selain Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رِبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوْا الدُعَاءَ
“Keadaan terdekat seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia bersujud, maka perbanyaklah doa”
Namun di saat kita sedang bersujud, bagaimana keadaan hati kita?!. Para shalihin (orang-orang shalih) disetiap keadaan mereka baik tubuhnya dalam keadaan sujud atau tidak, maka hati mereka selalu bersujud dan selalu dipenuhi doa dan kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi sebagian dari kita mungkin ada yang telah berpuluhan tahun melakukan shalat namun hati atau sanubari mereka tidak pernah turut bersujud sebagaimana jasad mereka bersujud, sehingga belum pernah merasakan cinta dan kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, bahkan tidak pernah terbesit dalam benaknya untuk cinta dan rindu kepada Allah, maka Allah subhanahu wata’ala akan menyiapkan tempat kemurkaanNya untuk mereka di neraka dan di alam kubur, akan tetapi tidaklah seorang hamba berputus asa dari hal itu, karena Allah subhanahu wata’ala senantiasa menerima cinta hamba-hambaNya walaupun mereka penuh dengan dosa, bahkan Allah subhanahu wata’ala menyambut dengan sambutan yang indah bahwa Allah subhanahu wata’ala juga merindukan hamba-hamba yang merindukanNya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ ، نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ، نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ ، وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ، وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ ( فصلت : 30-34 )
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?". Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Balaslah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, hingga di saat itu orang yang terdapat permusuhan denganmu seakan-akan ia adalah teman yang sangat setia”. ( QS. Fusshilat : 30-34 )
Dan guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh mengajarkan kepada kita untuk selalu memperbanyak menyebut nama يا الله , karena Allah subhanahu wata’ala akan menghidupkan jiwa hamba-hamba yang selalu menyebut nama الله meskipun dengan bibirnya, maka Allah akan menuntunnya kepada keluhuran, dan insyaallah diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah.
Dalam ayat di atas Allah subhanahu wata’ala menyebutkan kemuliaan orang-orang yang mengatakan dan mengakui bahwa tuhan mereka adalah Allah, kemudian mereka istiqamah di jalan Allah subhanahu wata’ala, dengan menjalankan segala keluhuran yang diperintahNya dan menjauhi segala kehinaan yang dilaranganNya, maka Allah subhanahu wata’ala akan mengutus malaikat untuk menaungi dan menjaga mereka, jika kesulitan atau musibah menghampirinya maka malaikat akan mendoakan kesulitannya agar dihilangkan, jika ia sedang sakit maka malaikat akan mendoakan untuk kesembuhannya dan lain sebagainya. Akan tetapi Allah tidak memaksakan sesuatu di luar batas kemampuan hamba-hambaNya, namun seorang hamba haruslah senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri, dengan menjauhi segala sesuatu yang hina dan menjalankan segala sesuatu yang luhur yang telah diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala dan tetap istiqamah di dalamnya. Maka seorang yang mengakui bahwa Allah adalah tuhannya janganlah merasa takut dan sedih, karena mereka telah diberi kabar gembira dengan surga. Dan Allah subhanahu wata’ala yang menjadi penolong dalam kehidupan mereka dunia dan akhirat, sehingga kelak di akhirat segala apapun yang diinginkan oleh para penduduk surga akan Allah berikan untuk mereka, yang merupakan hadiah agung dari Allah subhanahu wata’ala untuk hamba-hambaNya yang beriman dan shalih, demikianlah janji Allah subhanahu wata’ala. Kita mungkin belum termasuk kedalam orang yang senantisa istiqamah dalam keluhuran, namun seseorang yang senantiasa berusaha untuk berada dalam keistiqamahan terhadap keluhuran, serta mencintai dan berjalan di jalan orang-orang yang beristiqamah maka ia telah masuk ke dalam golongan orang-orang tersebut, karena rantai cinta orang-orang yang istiqamah terikat dengannya sehingga ia pun terbawa dalam kelompok mereka, semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang istiqamah dalam keluhuran, meskipun kita terkadang belum secara sempurna mampu untuk senantiasa berbuat keluhuran dan meninggalkan hal-hal yang hina, namun selalu kita munculkan niat baik dalam diri kita untuk semakin mendekat dan cinta kepada Allah subhanahu wata’ala, yaitu dengan mencintai para ulama’ dan shalihin, karena seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya kelak di hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
الَمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“ Seseorang bersama orang yang dicintai di hari kiamat”
Kemudian dalam ayat di atas, Allah subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa tidak ada ucapan seorang yang lebih baik dari ucapan orang yang mengajak orang lain kepada keridhaan Allah subhanahu wata’ala. Tentunya banyak ucapan-ucapan baik dan mulia yang disukai Allah subhanahu wata’ala, seperti kalimat-kalimat luhur لا إله إلا الله , سبحان الله وبحمده dan lainnya, namun ayat ini bersifat ‘aam makhsus (secara umum yang dikhususkan), dimana diantara ucapan-ucapan tersebut adalah ucapan orang yang mengajak dan menyeru orang lain kepada kebaikan, kepada jalan yang diridhai Allah subhanahu wata’ala. Adapun cara untuk mengajak orang lain ke jalan yang diridhai Allah sangatlah banyak, seperti mengajak orang lain untuk melakukan shalat. Seperti contoh ada seorang teman kita yang tidak mau melakukan shalat zhuhur, maka ketika tiba waktu shalat zhuhur kita minta dan mengajak teman kita untuk menemani kita shalat jamaah, dengan alasan agar dia mau membantu kita untuk mendapatkan pahala shalat jamaah, maka dalam keadaan seperti itu ia akan mulai melakukan shalat, meskipun diawalanya merasa terpaksa, namun kita berharap agar Allah subhanahu wata’ala mencurahkan ke dalam hatinya butiran hidayah, sehingga tanpa diajak atau diperintah oleh orang lain ia akan mengerjakan shalat, atau bahkan ia akan mencari teman untuk melakukan shalat bersamanya agar mendapatkan pahala yang lebih besar dengan shalat jama’ah. Maka hal seperti ini merupakan sebagian contoh yang dengan mudah dapat kita lakukan, dan nasihat-nasihat baik untuk orang lain dapat dengan mudah kita sampaikan, bisa melalui telepon, sms, chatting, dan lainnya.
Adapun hadits agung yang kita baca, dimana kisah tersebut telah sering kita dengar, dimana terdapat dua riwayat di dalam Shahih Al Bukhari, riwayat yang kita baca tadi menceritakan seorang lelaki, sedangkan dalam riwayat yang lainnya menceritakan seorang wanita. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan bahwa salah satu pendapat yang mengatakan bahwa air liur anjing tidak najis, yaitu dengan menjadikan diantara dalilnya adalah hadits ini, dimana lelaki itu melepas sepatunya kemudian mengambilkan air dan meminumkannya pada anjing yang sedang menjilati tanah karena kehausan, lalu anjing itu pun minum sepuasnya, sehingga sebab perbuatan lelaki tersebut Allah berterimakasih kepadanya dengan memasukkannya ke dalam surga, maka dari peristiwa itulah sebagian pendapat mengatakan bahwa air liur anjing suci. Akan tetapi Al Imam Ibn Hajar menjelaskan di dalam Fathul Bari, menyangkal pendapat tersebut dengan menukil ucapan Al Imam An Nawawi Ar, beliau mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah secara mutlak dapat diterima dan dijadikan dalil tidak najisnya liur anjing, karena dalam kejadian tersebut tidaklah menutup kemungkinan lelaki itu membuang sepatunya setelah digunakan untuk memberi minum anjing tersebut dan tidak memakainya kembali, dan bisa jadi lelaki tersebut juga mencuci sepatunya sebanyak 7 kali dengan menggunakan tanah di salah satu basuhannya, karena tidak disebutkan dan dijelaskan dalam hadits tersebut, namun sebelum hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang menyebutkan bahwa sesuatu yang disentuh oleh anjing maka hendaklah membasuhnya sebanyak 7 kali basuhan dan salah satu basuhan tersebut dicampur dengan tanah, maka hadits ini menunjukkan bahwa sesuatu yang terkena anjing, berarti telah terkena najis. Maka kisah dalam hadits tersebut tidak bisa dijadikan sebagai dalil akan sucinya air liur anjing atau bagian yang dari anjing.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa orang yang memelihara anjing di rumahnya, bukan karena untuk berburu atau untuk menjaga, maka setiap harinya satu pahala akan berkurang dari orang tersebut. Namun meskipun demikian, anjing itu tidak memprotes kepada Allah karena diciptakan sebagai hewan yang najis, misalnya dengan berkata : “Wahai Allah mengapa Engkau jadikan aku sebagai hewan yang najis padahal aku senantiasa bertasbih dan mengagungkanMu, sedangkan manusia-manusia yang berjiwa busuk karena selalu bermaksiat kepadaMu, Engkau ciptakan sebagai makhluk dengan bentuk yang mulia dan suci”, anjing-anjing itu tidak pernah menggugat ketentuan Allah untuknya. Akan tetapi jika kita bandingkan dengan diri kita, sungguh betapa banyak gugatan atau protes kita terhadap ketentuan Allah subhanahu wata’ala. Apakah seekor anjing itu lebih kuat dari keimanan kita sehingga mereka rela dan menerima ketentuan Allah untuk mereka, sedangkan kita sebagai manusia tidaklah demikian. Dalam kisah diatas seakan-akan anjing tersebut memberi pertolongan kepada lelaki itu, karena telah menjadi penyebab baginya untuk masuk surga. Ketika anjing itu kehausan dan lelaki itu menolongnya dengan memberinya minum, maka Allah subhanahu wata’ala Yang membalas kebaikan itu, karena seekor anjing tidak dapat berterima kasih kepada lelaki tersebut, maka Allah subhanahu wata’ala yang berterimakasih kepadanya dan membalas kebaikannya dengan memasukkannya ke dalam surga, maka lelaki itu masuk ke dalam surga sebab seekor anjing. Sungguh Allah Maha Mampu memasukkan hambaNya ke dalam surga meskipun karena seekor hewan yang najis seperti anjing. Maka terlebih lagi manusia termulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah diberi hak syafaat oleh Allah subhanahu wata’ala untuk semua manusia, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alahi wasallam :
وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Akulah orang yang pertama memberi syafaat, dan yang pertama dikabulkan syafaatnya pada hari kiamat”.
Maka yang perlu kita ketahui dan kita renungi adalah kasih sayang dan kelemah lembutan Allah kepada makhlukNya. Kita ketahui bagaimana sifat lemah lembut Allah subhanahu wata’ala terhadap orang-orang yang zhalim dan jahat, yang diantaranya adalah Fir’aun. Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa orang yang paling jahat adalah Fir’aun, namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang paling jahat adalah Abu Lahb, karena Allah subhanahu wata’ala melaknat Abu Lahb dua kali dalam satu ayat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ ( المسد : 1 )
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”. ( QS. Al Masad : 1 )
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (فصلت : 34 )
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Balaslah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, hingga di saat itu orang yang terdapat permusuhan denganmu seakan-akan ia adalah teman yang sangat setia”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa tidaklah sama antara kemulian dan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kehinaan yang dianut dan diajarkan oleh Abu Jahl. Namun ketika ia (Abu Jahl) mencaci nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Allah subhanahu wata’ala memerintah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membalasnya dengan balasan yang lebih baik, hingga seakan-akan balasan itu mucul dari orang yang berteman dengannya. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Fir’aun adalah orang yang paling jahat, karena ia mengaku sebagai tuhan, sebagaimana dalam firman Allah subhanahu wata’ala :
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى ( النازعات : 24 )
“Berkata (Fir’aun): "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". ( QS. An Naazi’aat : 24 )
Akan tetapi bagaimana sikap Allah subhanahu wata’al terhadap Fir’aun, dimana nabi Musa dan nabi Harun As diutus kepada Fir’aun bukan diperintah untuk membinasakannya karena telah mengaku sebagai tuhan, namun Allah memerintahkan kepada nabi Musa dan nabi Harun untuk mengajaknya beriman kepada Allah serta bertutur dengan ucapan yang lemah lembut kepadanya, sebagaimana firmanNya :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (طه : 44 )
“Maka berucaplah kalian berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau merasa takut". ( QS. Thaha : 44 )
Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui bahwa Fir’aun tidak akan beriman , meskipun bermacam-macam musibah telah Allah turunkan untuknya dan para pengikutnya yang diantaranya berupa air lautan berubah menjadi darah, keluarnya hewan dari dalam bumi dan lainnya namun Fir’aun tetap saja membangkang dan tidak beriman, sehingga Allah menenggelamkannya ke dalam lautan. Peristiwa tersebut terjadi jauh sebelum diutusnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun Allah subhanahu wata’ala menceritakannya di dalam Al qur’an, karena Allah ingin menunjukkan dan memberi pengajaran kepada hamba-hambaNya akan sifat lemah lembut Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba yang dimurkaiNya. Demikian indah perintah Allah subhanahu wata’ala kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyamapaikan dakwah kepada manusia. Yang juga termasuk makhluk yang paling jahat adalah iblis, dimana iblis adalah makhluk yang paling dimurkai Allah subhanahu wata’ala, dan iblis dapat mengajak hamba-hamba Allah untuk menjadi pengikutnya dan bersamanya di tempat yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala. Meskipun demikian ketika iblis berdoa dan meminta kepada Allah maka Allah subhanahu wata’ala mengabulkan permintaannya, sebagaimana dalam firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ ( ص: 79 )
“ Iblis berkata: "Ya Tuhanku, undurlah (siksaku) sampai hari mereka dibangkitkan". ( QS. Shaad : 79 )
Kemudian Allah subhanahu wata’ala menjawab, sebagaimana firmanNya:
قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ ، إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ ( ص : 80-81 )
“ Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh (diundur), sampai hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)". ( QS. Shad : 80-81 )
Lalu iblis pun berkata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ، إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ ( ص: 82-83 )
“ Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka”.( QS. Shad : 82-83)
Allah Maha Mengetahui jika siksa iblis itu diundur maka ia akan menggoda keturunan Adam, namun karena sifat lemah lembut Allah subhanahu wata’ala maka dikabulkanlah permintaan iblis tersebut. Sehingga diantara manusia ada yang menjadi pengikut iblis dan diantara mereka ada yang menjadi pengikut sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita semua mencintai dan merindukan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan yang bisa kita perbuat hanyalah bersalam dan bershalawat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam kehidupan di dunia kita tidak bisa hidup bersama beliau, namun semoga kelak di hari kiamat kita bersama sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan bersama iblis dan para pengikutnya, maka jauhkan sifat-sifat iblis dari hati kita. Seseorang bernama Al Imam Abdul Aziz Ar, dimana ia adalah seorang yang sangat shalih dan dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala ia dapat mengetahui keshahihan sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya dengan mencium tulisan hadits tersebut, jika hadits tersebut benar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka akan tercium bau wangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi sebagian ulama’ hadits tidak menerima untuk menerima kesahihan sebuah hadits hanya dengan mencium tulisan hadits tersebut, karena ada ilmu Musthalah Al Hadits yang mempelajari derajat kesahihan sebuah hadits. Namun Al Imam Ahmad bin Hanbal sering mendatangi beliau untuk menanyakan antara hadits shahih dan hadits dha’if. Dari hal ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu membuat panca indera seseorang mampu melakukan sesuatu diluar batas kemampuan, sebagaimana disebutkan di dalam Al qur’an Al Karim bahwa Allah subhanahu wata’ala telah memberinya ilmu kepada seorang kaum nabi Sulaiman, dimana ia dapat menghadirkan kerajaan ratu Balqis di hadapan nabi Sulaiman sebelum kedipan mata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آَتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآَهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ ( النمل : 40 )
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka ketika nabi Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". ( QS. An Naml : 40 )
Kemampuan yang luar biasa itu Allah berikan kepada umat selain umat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi untuk ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Senantiasalah kita bersiap untuk menghadapi masa depan kita di alam kubur dan di akhirat, dengan selalu berbuat keluhuran dan meninggalkan segala kehinaan. Dikisahkan bahwa seorang wanita shalihah Rabi’atul Adawiyah, beliau menggali kubur untuk dirinya sendiri sebelum wafat, kemudian memperindahnya dengan membacakan Al qur’an setiap hari di dalamnya hingga mencapai 7000 kali khatam Al qur’an. Beliau membangun dan memperindah tempat yang akan dihuninya setelah ia wafat. Adapun Al Habib Ahmad bin Muhammad Al Muhdhar shahib Al Quwairah Hadramaut, sebelum wafat, beliau mengkhatamkan Al qur’an sebanyak 8000 kali di dalam kuburnya, dan setelah ditanya mengapa beliau lakukan hal tersebut, maka beliau menjawab : “Apakah aku mau dikalahkan oleh seorang wanita”, maksud beliau wanita itu adalaha Rabi’ah Al Adawiyah yang telah mengkhatamkan Al qur’an sebanyak 7000 kali di dalam kuburnya sebelum ia wafat. Demikianlah keadaan para shalihin yang berlomba-lomba membangun dan memperindah rumah masa depan mereka (kuburan). Akan tetapi keadaan kita di saat ini berbeda, dimana manusia berlomba-lomba untuk membangun dan memperindah rumah yang akan ditinggalkan. Tapi bukan berarti kita tidak diperbolehkan membangun rumah, namun yang harus kita lakukan adalah memikirkan kehidupan kita di dunia dengan memperbaikinya, dimana hal itu adalah modal untuk kehidupan masa depan kita di akhirat. Maka senantiasa perbaiki hari-hari kita dalam kehidupan dunia ini dan menjauhi segala hal yang hina, baik kita sebagai pelajar, orang tua, anak, pekerja dan lainnya.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita di dunia dan akhirat.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Tidak ada komentar:

Posting Komentar