Jumat, 01 Februari 2013

Sifat Kedermawan Rasul SAW


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ، فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ، فِي كُلِّ لَيْلَةٍ، مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ، مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ (صحيح البخاري)
“Bahwa Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau sangat lebih dermawan di bulan Ramadhan, di bulan itu beliau SAW selalu dikunjungi Jibril AS dan menemui beliau SAW setiap malamnya, dan memperdalam Alqur’an, dan sungguh Rasulullah SAW lebih dermawan terhadap berbuat baik melebihi semilir angin yang berhembus menyejukkan” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan kemuliaan di siang dan malam hari bulan Ramadhan, di siang hari Ramadhan dengan pahala puasa yang berlimpah tiada terhitung, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi :
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
““ Setiap amal perbuatan keteurunan Adam adalah untuk dirinyakecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku (Allah) dan Aku yang akan membalasnya”
Adapun pahala amal ibadah yang lainnya di bulan Ramadhan dilipat gandakan hingga 700 kali lipat bahkan lebih, sebagaimana dalam riwayat Shahih Muslim. Sehingga orang yang melakukan shalat Tarawih di setiap malam hari bulan Ramadhan sebanyak 20 rakaat, maka berarti ia mendapatkan pahala melakukan shalat tarawih sebanyak 14.000 rakaat dalam setiap malamnya, dalam setiap rakaat terdapat 2 kali sujud, maka ia mendapatkan pahala 28.000 kali sujud dalam setiap malamnya, malamnya, dan jika seseorang mengkhatamkan Al qur’an satu kali di bulan Ramadhan maka pahalanya adalah 700 kali khatam Al qur’an, maka setiap ibadah yang dilakukan di siang atau malam hari bulan Ramadhan pahalanya akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat. Cahaya kedermawanan Ilahi berpijar kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga dalam hadits di atas beliau disebut sebagai أَجْوَدَ النَّاسِ ( manusia yang paling dermawan ).
Dapat kita renungkan betapa indah dan mengharukan jika kita berjumpa dengan manusia yang paling baik, manusia paling ramah dan paling dermawan dari seluruh manusia yang pernah ada dan manusia yang akan ada hingga akhir zaman, tentunya ledakan cinta dan keinginan untuk dekat dan mengikutinya terbit dalam jiwa-jiwa kita. Kita yang tidak berjumpa dengan beliau pun telah merasakan sejuknya riwayat-riwayat yang disampaikan akan indahnya budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah orang yang paling dermawan, dimana tidak pernah mengatakan “tidak” terhadap orang yang meminta sesuatu kepadanya selama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki apa yang diminta orang tersebut. Disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali ke rumahnya, beliau melihat seorang wanita dengan membawa kedua anaknya keluar dari rumah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam rumah dan berkata kepada sayyidah Aisyah : “ Wahai Aisyah siapa tamu yang tadi datang ke rumah kita?”, maka sayyidah Aisyah berkata : “Mereka adalah pengemis wahai Rasulullah”, “lalu apa yang telah engkau berikan kepada mereka?”, tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sayyidah Aisyah berkata : “Aku tidak memiliki sesuatu kecuali hanya 2 butir kurma yang kuberikan kepada mereka, lantas wanita itu membelah 1 kurma menjadi dua bagian dan memberikan kepada kedua anaknya, dan menyimpan 1 butir kurma yang tersisa”, mendengar hal itu kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menyusul wanita pengemis dan kedua anaknya itu, dan berkata dengan suara yang sangat keras memanggil penduduk Madinah : “wahai penduduk Madinah barangsiapa diantara kalian yang ingin menyantuni seorang wanita dan kedua anaknya, sungguh hal itu akan menjadi benteng baginya dari api neraka”. Dalam hal ini tentunya bukan berarti cukup bagi seseorang untuk berderma sekali saja kemudian masuk surga, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan hal ini untuk menunjukkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan memberikan syafaat kepada orang yang memuliakan tamu beliau, karena beliau merasa malu ketika orang datang ke rumah beliau untuk meminta-minta namun di saat itu ia tidak mendapati apa-apa kecuali 2 butir kurma, sehingga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melimpahkan syafaat kepada orang yang memuliakan tamunya, demikian limpahan anugerah yang diberikan oleh manusia yang paling dermawan, bukan berupa emas, perak atau lainnya, tetapi pembebasan dari api neraka, alangkah indah budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan di malam hari ini kita bertamu di majelis sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mendengarkan hadits-hadits dan tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan sungguh beliau tidak akan mengecewakan para tamunya, dan kita bertamu pada keridhaan Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bertamu kepada cahaya kemuliaan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan malam ini kita bertamu kepada rahasia kedermawanan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ambillah rahasia kedermawanan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah bersabda dalam riwayat Shahih Al Bukhari :
أُوْتِيْتُ مَفَاتِيْحَ خَزَائِنِ اْلأَرْضِ حَتَّى وُضِعَتْ فِيْ يَدِيْ
“Aku diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi (kemakmuran), hingga diletakkan di tanganku”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah diberi oleh Allah kunci-kunci kemakmuran, yang diberi kunci kemakmuran adalah orang yang paling dermawan dari segenap manusia yang dermawan, sehingga sangat mudah mendapatkannya yaitu dengan memahami rahasia kedermawanan beliau dan memanut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan disebutkan dalam hadits di atas bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lebih bersifat dermawan lagi di bulan Ramadhan, maka tali keluhuran iman yang berpijar dalam jiwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersambung pada rahasia kedermawanan Allah subhanahu wata’ala, Yang mana Allah subhanahu wata’ala Maha Dermawan dan lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan ini 10 hari pertama yaitu hari-hari rahmat dari Allah subhanahu wata’ala telah kita lewati, dan kita telah masuk pada 10 malam kedua yaitu malam pengampunan dari Allah subhanahu wata’ala, dan selanjutnya kita akan memasuki 10 malam terakhir yaitu malam-malam pembebasan dari api neraka, maka beruntung bagi orang yang pada 10 malam pertama ia mendapatkan rahmah, mendapatkan pengampunan pada 10 malam kedua, dan pada 10 malam terakhir mendapatkan pembebasan dari api neraka, serta kemuliaan Lailatul Qadr. Terdapat juga orang-orang yang beruntung, dimana sejak malam Nishfu Sya’ban ia telah mendapatkan pengampunan dari Allah, terdapat juga orang yang sejak malam pertama bulan Ramadhan telah diampuni dosa-dosanya meskipun belum memasuki malam-malam pengampunan di bulan Ramadhan. Malam hari ini adalah malam pengampunan yang pertama, yaitu malam yang kesebelas bulan Ramadhan, semoga tidak seorang pun dari kita yang melewati malam ini kecuali telah mendapatkan pengampunan dari Allah atas segala dosa,amin. Mungkin diantara kita tidak memahami dan tidak menyadari akan bahaya dosa, ketahuilah bahwa satu kali berbuat dosa maka berarti seseorang telah membuat musibah untuk masa mendatang mungkin di dunia atau di akhirat, sebaliknya perbuatan baik yang dilakukan maka dengan hal tersebut seseorang berarti telah menyiapkan suatu kebaikan atau kenikmatan di masa mendatang untuk kehidupannya di dunia atau di akhirat, dan semakin seseorang berbuat baik maka Sang Maha Baik Allah subhanahu wata’ala akan semakin berbuat baik terhadapnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ
“ Sesungguhnya Allah Maha Baik dan menyukai kebaikan”
Dan tiadalah sesuatu yang lebih indah di sisi Allah subhanahu wata’ala dari tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian disebutkan bahwa setiap malam bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu didatangi oleh malaikat Jibril As dan mengajari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam Al qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah samudera ilmu yang terdalam dari seluruh makhluk ciptaan Allah subhanahu wata’ala, namun masih belajar kepada malaikat Jibril As dengan mempelajari Al qur’an bersama malaikat Jibril. Meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih memiliki ilmu yang mendalam dari malaikat Jibril, namun karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam haus akan ilmu yang mungkin ada ilmu yang belum beliau ketahui namun telah diketahui oleh malaikat Jibril, dan juga untuk saling bertukar ilmu bersama malaikat Jibril AS. Ingatlah bahwa orang yang paling mendalam ilmunya dari seluruh manusia ini pun masih mempelajari Al qur’an bersama malaikat Jibril As di setiap malam-malam bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan Al qur’an, maka perbanyaklah membaca dan belajar Al qur’an agar terikat dengan shahib Al qu’ran sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala untuk membawa Al qur’an, yang dengan itu kita akan sampai kepada Yang Maha Memiliki keridhaan dan Maha menurunkan Al qur’an, Maha Tunggal dan Maha Abadi, Maha Sempurna dan Maha Berwibawa, Maha membuka rahasia rahmah, pengampunan dan pembebasan dari api neraka. Disebutkan juga dalam hadits diatas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diumpamakan bahwa kedermawanan beliau lebih daripada angin yang berhembus, yang dimaksud adalah seperti angin yang bertiup kemudian berlalu, dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi sesuatu maka tidak akan beliau ingat lagi setelahnya, berbeda dengan orang di zaman sekarang, yang sebagian mereka memberi dan itu pun terkadang memberi dengan rasa berat, akan tetapi pemberiannya terus diingat hingga bertahun-tahun telah lewat, jika hal demikian terjadi, maka ibadahnya yang berupa pemberian itu ditujukan untuk mendapatkan keridhaan Allah subhanahu wata’ala atau karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain?!. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika memberi kepada orang lain, maka pemberian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam seakan-akan seperti angin yang berhembus kemudian berlalu, tanpa diingat dan disebut-sebut lagi setelahnya. Dalam hal ini salah seorang mufti Hadramaut Al ‘Allamah Al Musnid Al Habib Ali Masyhur Al Hafidh,, beliau mengatakan bahwa amal ibadah yang diterima oleh Allah subhanahu wata’ala secara mutlak adalah amal ibadah yang dikerjakan dan telah dilupakan, maka hal tersebut telah sampai ke hadirat Allah subhanahu wata’ala, sedangkan amal ibadah yang masih diingat belum sampai ke hadirat Allah subhanahu wata’ala, demikianlah ajaran para ulama’ salafusshalih al ‘arifuun billah. Maka sepantasnyalah seseorang untuk tidak lagi mengingat amal baik yang telah dilakukan, akan tetapi selalu memikirkan di masa mendatang agar tetap bisa selalu melakukan amal baik dan tidak terjebak untuk melakukan hal-hal yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala, hidup dalam ketenangan yang bebas dari permusuhan atau kebencian terhadap sesama, tanpa mengingat lagi perbuatan baik yang telah dilakukan di masa lalu, namun perbuatan dosa yang telah dilakukan di masa lalu tetap diingat untuk selalu dimintai pengampunan kepada Allah subhanahu wata’ala dan agar tidak lagi terjebak ke dalamnya di hari-hari mendatang, alangkah indahnya kehidupan yang hari-harinya dilewati dalam ketenangan hingga akhir kehidupan di dunia hingga kelak berkumpul dengan orang-orang yang penuh dengan ketenangan di surga Allah subhanahu wata’ala.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah, semoga acara malam Nuzul Al qur’an dan Haul ahlul badr yang dipadu dengan dzikir يا الله 1000 X pada malam Senin yang akan datang berlangsung dengan sukses, dan insyaallah akan disertai sambutan oleh guru mulia Al Musnid Al ‘Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafidh melalui streaming dari Hadramaut, semoga acara tersebut membawa keberkahan bagi kita semua, dan semoga Allah subhanahu wata’ala membuka rahasia keluhuran agung bagi kita agar kita menjadi ahlul qur’an, dan agar kelak di hari kiamat kita termasuk orang-orang yang beersama dengan Ahlul Badr Al Kubra dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar, serta selalu berada dalam naungan cinta kepada pimpinan Muhajirin dan Anshar, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, amin allahumma amin..
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Berwudhu Untuk Shalat


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ، مَنْ أَحْدَثَ، حَتَّى يَتَوَضَّأَ (صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Tiada diterima shalat hingga ia berwudhu” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang telah melimpahkan kemuliaan kepada kita di malam hari ini sebagai tamu-tamuNya, tamu kasih sayang dan kelembutanNya, tamu-tamu yang didekatkan kepadaNya, tamu-tamu yang selalu mengikuti cahaya sang pembawa risalah yang memimpin semua pembawa keluhuran, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh keberuntungan yang agung bagi hamba-hamba yang namanya telah dituliskan di malam hari ini untuk hadir di dalam tempat dan perkumpulan yang dimuliakan serta dibanggakan oleh Allah subnahanahu wata’ala. Dimana ketika hamba-hamba Allah berdzikir dalam suatu perkumpulan dzikir, maka Allah subhanahu wata’ala membanggakannya dihadapan para malaikat muqarribin, dan di saat ini kita dalam perkumpulan itu, maka semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahasia keluhuran yang telah disimpan untuk hamba-hamba yang dimuliakanNya, berupa kemuliaan di dunia dan akhirat, sehingga terangkat segala kesulitan dan permasalahan baik yang zhahir atau yang bathin, dan terbuka segenap pintu kemudahan untuk semua cita-cita kita di dunia dan akhirat, dan terbuka pintu-pintu keluhuran untuk kita di dunia dan akhirat. Sungguh rahasia keluhuran Allah subhanahu wata’ala banyak yang belum kita ketahui dan kita fahami secara mendalam, karena jika manusia mendalami rahasia kemuliaan Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Agung, maka tidak seorang pun akan mengangkat kepalanya dari bersujud di permukaan bumi sebab kewibawaan Allah subhanahu wata’ala Pemilik langit dan bumi, dan tidak pula akan ada seorang manusia yang berbicara satu sama lainnya, tidak pula akan ada yang menghendaki makan atau minum, namun semua manusia akan bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala dan hanya terus menanti detik-detik perjumpaan dengan Allah subhanahu wata’ala, maka fahamilah rahasia kemuliaan Allah subhanahu wata’ala secara perlahan dimna hal tersebut akan membawa ketenangan di dalam setiap jiwa dalam menghadapi kehidupan, karena Allah subhanahu wata’ala ketika melihat hambaNya mendekat kepadaNya maka Dia (Allah) subhanahu wata’ala akan lebih mendekat dari pada hamba tersebut. Dimana disebutkan dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa ketika seseorang mendekat kepada Allah satu jengkal maka Allah subhanahu wata’ala akan mendekat kepadanya satu hasta, dan jika ia mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala satu hasta maka Allah mendekat kepadanya satu depah, dan jika ia mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala dengan berjalan maka Allah akan mendekat kepada dengan bergegas. Hadits ini mencerminkan kiasan tentang rahasia kehendak Allah subhanahu wata’ala untuk selalu lebih mendekat kepada hamba-hambaNya yang ingin mendekat kepadaNya. Dimana Allah subhanahu wata’ala selalu menjawab dan memberikan lebih daripada apa yang diharapkan hamba-hambaNya yang ingin mendekat kepadaNya.
Adapun hadits yang tadi telah kita baca mempunyai penjelasan yang sangat luas, namun secara zhahir hadits tersebut menunjukkan akan rahasia kemuliaan wudhu’ yang mana pembahasan tersebut membutuhkan penjelasan yang sangat terperinci, akan tetapi secara ringkas makna hadits tersebut adalah tidak sah nya sahalat seseorang yang memiliki hadats hingga ia berwudhu’. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani berkata dalam kitab Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa tidak sah shalat seseorang yang memiki hadats sampai ia berwudhu’, adapun ucapan berwudhu’ disini juga mencakup hal tayammum bagi orang yang tidak mampu untuk melakukan wudhu. Dalam hadits tersebut juga menunjukkan bahwa jika seseorang telah batal wudhunya baik secara sengaja atau tidak sengaja maka harus berwudhu’ kembali untuk melakukan shalat. Kemudian Al Imam Ibn Hajar juga berkata bahwa bukan hanya berwudhu’ secara zhahir saja yang merupakan syarat diterimanya shalat, namun berwudhu’ secara bathin yaitu membersihkan dan mensucikan jiwa merupakan hal yang menjadikan diterimanya kemuliaan shalat. Secara zhahir shalat seseorang telah diterima jika sudah memenuhi syarat dan rukun shalat, akan tetapi secara bathin belum pasti pahala kesempurnaan shalat akan diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala, karena hal ini membutuhkan perjuangan keras sanubari untuk jauh dari penyakit-penyakit hati dan lainnya. Oleh sebab itu dari hadits ini kita perlu memperdalam dan memahami makna yang batin dari sekedar makna wudhu’ yang zhahir, yaitu mensucikan diri kita dari dosa-dosa dan kesalahan, yang mana dengan melakukan shalat hal tersebut akan lebih mudah untuk dicapai. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِوَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ( العنكبوت : 45 )
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”. ( QS. Al Ankabut : 45 )
Dan apabila shalat seseorang belum menjauhkannya dari perbuatan-perbuatan buruk dan munkar, maka ayat tersebut telah menjawabnya, yaitu dengan menyempurnakan shalat yang dikerjakan maka hal itu akan menjaga seseorang untuk terhindar dari perbuatan-perbuatan munkar.
Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Telah kita lewati hari-hari Idul Fitri dalam kehidupan kita, diijelaskan oleh guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafizh di dalam kitab Mamlakah Al Quluub Wal A’dhaa’, bahwa makna daripada ‘Ied dalam kehidupan ini memiliki makan yang sangat luas. Adapun Idul Fitri dan Idul Adha merupakan hari ‘ied yang zhahir, namun memiliki cabang makna yang sangat luas, yang mana diantaranya adalah semua perbuatan yang menuju kepada kedekatan kepada Allah maka hal itu adalah termasuk ‘ied, ketika seseorang khusyu’ dalm bersujud termasuk ‘ied, mendekat kepada orang-orang shalih juga termasuk ‘ied, khusnul khatimah adalah ‘ied, dan semua waktu atau keadaan tatkala seseorang mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala adalah merupakan ‘ied, dan berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala dalam keridhaan di hari pertemuan yang sangat agung di hari kiamat adalah merupakan semulia-mulia ‘ied. Hari Idul fitri telah lewat dari kehidupan kita, namun rahasia kemulian ‘ied di setiap detik selalu menanti kita untuk mencapai rahasia kemuliaan rindu pada detik-detik perjumpaan dengan Allah subhanahu wata’ala, yang mana di saat itulah Allah subhanahu wata’ala sedang merindukan kita, jika kita merindukan Allah maka ketika itu Allah juga merindukan kita, sebagaimana dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لقاءَه وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ
“ Barangsiapa yang ingin (cinta) akan perjumpaan dengan Allah maka Allah menginginkan perjumpaan dengannya, dan barangsiapa yang membenci akan perjumpaan dengan Allah maka Allah membenci perjumpaan dengannya”
Dijelaskan dalam Tafsir Al Imam At Thabari bahwa kelak di hari kiamat, bahwa detik-detik di dunia ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah, maka hal tersebut akan diingat oleh Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat. Oleh karena itu perindahlah hari-hari kita dengan kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, yang mana dengan hal itu kita akan mendapati kemudahan dari segala kesulitan yang zhahir atau yang batin, Allah akan mempermudah setiap hal-hal yang menghambat dalam kehidupan kita, karena Allah subhanahu wata’ala tidak menghendaki hamba yang rindu kepadaNya ditimpa kesulitan hingga membuatnya lupa berdzikir kepada Allah Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Waktu terus bergulir, dan dalam waktu dekat kita akan kembali berjumpa dengan guru mulia Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafizh yang Insyaallah akan datang di bulan Muharram yang akan datang. Sungguh rindu kepada orang-orang yang shalih merupakan bentuk dari pecahan kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana rindu kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga merupakan bentuk daripada kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, yang berinduk kepada doa :
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا النَّظَرَ إِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيمِ
“ Wahai Allah, anugerahilah kepada kami rizeki untuk memandang dzatMu Yang Maha Mulia”
Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ، إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ( القيامة : 22-23 )
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada Tuhannyalah mereka melihat”. ( QS. Al Qiyamah : 22-23 )
Sedemikian agung rahasia kenikmatan di masa mendatang setelah kematian yang akan diberikan kepada hamba-hamba yang mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala, kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, atau terdengar oleh telinga dan tidak pula pernah terlintas dalam benak fikiran manusia. Dan puncak dari segala kenikmatan tersebut adalah memandang kepada dzat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Indah. Marilah kita berdoa dan memohon kepada Allah Yang Maha Indah agar segera diberi kesempatan untuk lebih memperbanyak kerinduan kepada Yang Maha Indah, dan semoga terbuka segala pintu pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Indah atas kesulitan dan permashalan yang kita hadapi dalam kehidupan ini, amin Ya Rabbal ‘Alamin…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Larangan Menghadap Kiblat Saat Buang Air



قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ، الْغَائِطَ، فَلَا يَسْتَقْبِل الْقِبْلَةَ، وَلَا يُوَلِّهَا ظَهْرَهُ، شَرِّقُوا، أَوْ غَرِّبُوا. ,,(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw : “Jika kalian berhajat buang air besar atau kecil, maka jangan menghadap kiblat, dan jangan membelakanginya, namun menghadaplah ke barat dan ke timur (arah selain kiblat) (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang terluhur dan tertinggi atas nikmat iman untuk kita hamba-hambaNya, yang telah disampaikan iman kepada kita melalui makhluk yang paling dicintaiNya, makhluk yang menjadi samudera cinta Allah, makhluk yang tersimpan padanya cinta Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (آل عمران : 31 )
”Katakanlah jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran: 31).
Cinta Allah subhanahu wata’ala tersimpan pada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni dosa-dosa hambaNya karena mengikuti kekasihNya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sesuatu yang diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala, sehingga memenuhi panggilan beliau merupakan hal yang wajib dalam keadaan apapun, sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika seorang sahabat sedang melakukan shalat, di saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilnya, namun dia melanjutkan shalatnya kemudian setelah selesai ia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya : “Kemanakah engkau, aku memanggilmu namun kau tidak juga datang?”, maka ia menjawab : “Wahai Rasulullah tadi aku sedang melakukan shalat”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah berfirman” :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (الأنفال : 24 )
“ Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasulullah apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian, dan ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan”. ( QS. Al Anfaal : 24 )
Maka menjawab panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam harus dijawab, dimana seruan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menghidupkan jiwa untuk lebih dekat kepada Allah subhanahu wata’ala,untuk lebih suci dan luhur, serta menjauh dari perbuatan dosa, demikianlah makna dari setiap panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita ketahui bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah Dzat Yang Maha Tunggal dan Abadi, yang membuka rahasia-rahasia keluhuran sepanjang waktu dan zaman, menganugerahkan kenikmatan untuk manusia dalam kehidupan dunia ini, namun manusia hanya akan merasakannya dalam waktu yang sangat singkat yang selanjutnya akan meninggalkannya, kemudian kelak di hari kiamat akan dimintai pertanggungjawaban akan usia yang telah diberikan kepada mereka selama di dunia, yang telah dipinjami nafas dan jasad dengan panca inderanya, akan setiap kenikmatan yang diberikan kepada mereka ketika di dunia. Sehingga keberuntungan besar bagi orang-orang yang mendapatkan pengampunan dari Allah subhanahu wata’ala, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendatangi dan mengikuti panggilan Allah dan RasulNya. Adapun kehadiran kita di majelis-majelis seperti ini merupakan seruan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita untuk mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala dan menjauhi hal-hal yang dimurkai Allah, dan jika ada orang yang hadir diantara kita di majelis ini karena niat yang jelek atau ingin berbuat hal-hal yang membuat Allah murka, maka ketahuilah bahwa niat buruknya akan menjerumuskannya ke dalam kehinaan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah atsar (perkataan atau perbuatan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam), yang tertulis di dalam kitab Mamlakah Al Quluub oleh guru mulia Al Musnid Al ‘Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh bahwa dalam setiap niat baik dari perbuatan manusia maka Allah subhanahu wata’ala akan membukakan baginya 30 pintu kebaikan, sebaliknya jika ia berniat buruk dalam suatu perbuatan maka Allah akan membukakan 30 pintu keburukan baginya. Maka bukalah pintu-pintu kebaikan itu dengan memperbanyak niat yang baik. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
 إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“ Sesungguhnya perbuatan (tergantung) dengan niatnya”
Semakin luhur niat seseorang dalam perbuatannya, maka akan semakin mulia anugerah yang akan didapatkannya dari Allah subhanahu wata’a, sebaliknya semakin buruk niat dalam perbuatannya maka akan semakin terjatuh dalam jurang kehinaan. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ، ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ، إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ ( التين : 4-6 )
“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. ( QS. At Tiin : 4-6 )
Sungguh mereka akan dikembalikan kepada sehina-hinanya tempat kecuali orang-orang yang beriman, dan mereka itu adalah pengikut sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mengerjakan kebaikan dengan tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana balasan untuk mereka adalah pahala dari Allah yang tiada terputus. Demikian jauh perbedaan antara orang yang taat kepada Allah dan orang yang tidak taat kepadaNya. Maka perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia akan membuka rahasia rahmat Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Muslim bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
حُوسِبَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَلَمْ يُوجَدْ لَهُ مِنْ الْخَيْرِ شَيْءٌ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ رَجُلًا مُوسِرًا وَكَانَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَكَانَ يَأْمُرُ غِلْمَانَهُ أَنْ يَتَجَاوَزُوا عَنْ الْمُعْسِرِ فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: نَحْنُ أَحَقُّ بِذَلِكَ مِنْهُ تَجَاوَزُوا عَنْهُ (صحيح المسلم )
“Akan dihisab seseorang dari umat sebelum kalian, maka tidak didapati sedikitpun kebaikan pada dirinya kecuali ia adalah orang yang mempermudah (jika berurusan dengan orang lain), serta ia bergaul dengan orang-orang, dan ia menyuruh budaknya untuk memberikan kelapangan atau kemudahan (memaafkan) kepada orang yang dalam kesulitan. Maka, Allah ‘azza wajalla berfirman: “Kami lebih berhak terhadap hal tersebut dari padanya, berilah kelapangan untuknya (maafkan dia )”. ( Shahih Muslim)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah panutan tunggal bagi kita, dimana beliau adalah orang yang paling berlemah lembut dari semua manusia, bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersikap lemah lembut terhadap orang non muslim, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Bukhari ketika seorang pemuda yahudi datang ke rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan hendak tinggal bersama beliau kemudian diberinya izin sehingga ia tinggal di rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam kesehariannya ia hidup dan makan serta minum bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun suatu waktu pemuda tersebut pergi dari rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan setelah ditanya ternyata pemuda itu sedang sakit dan pulang ke rumahnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke rumahnya, dan mendapatinya dalam keadaan sakaratul maut, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Ucapkanlah لاإله إلا الله محمد رسول الله “, maka pemuda tersebut memandang ayahnya yang juga seorang yahudi, karena melihat kebaikan dan kelembutan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ayah pemuda itu berkata : “Taatilah Abu Al Qasim (Nabi Muhammad)”, lantas pemuda itu pun mengucapkan لا إله إلا الله محمد رسول الله kemudian meninggal. Ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sangat gembira dan keluar dari rumah itu dengan wajah yang terang benderang, maka salah seorang sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, apa yang telah membuatmu sangat gembira?”, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “ Alhamdulillah pemuda itu telah mendapatkan hidayah dari Allah subhanahu wata’ala”. Sungguh mulia budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Adapun penjelasan singkat dari hadits yang telah kita baca, hadits tersebut menunjukkan larangan seseorang menghadap atau membelakangi kiblat di saat membuang hajat. Al Imam An Nawawi di dalam kitab Al Majmuu’ menjelaskan bahwa yang dimaksud untuk tidak menghadap atau membelakangi kiblat ketika membuang hajat adalah jika membuang hajat di tempat yang tidak ada satir (penghalang) seperti di padang yang luas, sedangkan membuang hajat di tempat yang ada penghalang seperti toilet, maka menghadap atau membelakangi kiblat adalah hal yang makruh (dibenci), namun sebagian pendapat mengatakan bahwa hal tersebut mubah (diperbolehkan).
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Berkenaan dengan masuknya banyak pertanyaan akan hal yang sedang berlangsung di wilayah Jakarta ini, maka sebagaimana juga telah disampaikan kabar ini kepada guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh dan beliau menyampaikan bahwa harapan beliau untuk pemimpin Jakarta adalah seorang pemimpin yang lebih banyak membawa manfaat bagi kaum muslimin. Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, karena doa dan munajat merupakan satu-satunya senjata yang terakhir bagi kita umat Islam. Kita berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah memberikan pengampunan atas dosa-dosa kita, memberikan kesejahteraan dan kedamaian untuk bangsa dan negara kita, serta dijaga dari fitnah-fitnah yang membuat perpecahan diantara ummat dan bangsa kita, amin allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Membasuh Bagian Yang Terkena Najis



قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا شَرِبَ الْكَلْبُ، فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ، فَلْيَغْسِلْهُ سَبْعًا (صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW : “Jika anjing minum dari bejana kalian maka hendaknya ia membasuhnya tujuh kali” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala, Maha membuka kerajaana alam semesta dengan rahasia keindahanNya, yang terpendam di dalam mutiara-mutiara lantunan para nabi dan rasulNya hingga sampai pada bintang para nabi dan rasul, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh hakikat dari segala sesuatu yang kita lihat dan kita dengar dengan panca indera zhahir kita kesemuanya adalah tiada, sehingga Yang ada hanyalah Yang Maha Ada, Allah subhanahu wata’ala.
لاَ مَوْجُوْدَ إِلاَّ اللهُ لَا مَقْصُوْدَ إِلاَّ اللهُ
“ Tiadalah sesuatu itu ada kecuali Allah, tiadalah maksud (tujuan) kecuali Allah”
Adapun makna dari kalimat لاَ مَقْصُوْدَ إِلاَّ اللهُ adalah bahwa segala tujuan, keinginan dan semua yang didambakan oleh manusia akan lenyap dan sirna, kecuali hal-hal yang dicintai dan diridhai Allah subhanahu wata’ala, yaitu segala sesuatu yang merujuk dan didasari atas kecintaan dan keridhaan Allah subhanahu wata’ala, adapun semua hal selain itu akan hilang dan sirna. Sehingga tiada yang layak disembah selain Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Tunggal dan Maha Ada sebelum segala sesuatu ada yang kemudian tiada. Dan memberikan keabadian bagi yang dikehendakiNya, adapun salah satu makhluk yang dikehendakiNya untuk mencapai keabadian adalah kita sebagai manusia. Dimana manusia akan menghadapi kehidupan di dunia, kemudian akan memasuki kehidupan di barzakh setelah kematian, yang selanjutnya akan berlanjut dalam kehidupan akhirat yang kekal dalam kehinaan atau keluhuran, maka beruntunglah bagi yang mengikuti tuntunan keluhuran sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Di hari ketika setiap nafas kita seakan kembali digulung oleh Allah subhanahu wata’ala untuk diperlihatkan kemudian dipertanggungjawabkan kepada kita. Di saat itu beruntunglah orang-orang yang wajah-wajah bersinar dan bercahaya memandang keindahan Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ، إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ( القيامة : 22-23 )
“Wajah-wajah (manusia) pada hari itu berseri-seri, Kepada Tuhannya mereka memandang”. ( QS. Al Qiyaamah : 22-23 )
Ketika itu wajah-wajah yang berseri dan terang-benderang memandang keindahan dzat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Indah dari segala yang indah, Yang Maha Menciptakan segala keindahan dari ketiadaan, dan Maha Mampu merubah segala sesuatu yang buruk menjadi indah, dimana Dia Allah Maha Mampu merubah dosa-dosa hamba yang sangat hina menjadi limpahan pahala dan keluhuran, sebagaimana firmanNya :
يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا ( الفرقان : 69 – 70 )
“Akan dilipatgandakan siksa untuknya pada hari kiamat dan ia akan kekal di dalam siksa itu dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman serta mengerjakan amal baik, maka kejahatan mereka akan Allah ganti dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Al Furqan : 69-70 )
Kita manusia ketika terjebak dalam perbuatan maksiat, terkadang syaitan berbisik kepada kita untuk tidak bertobat dulu, karena manusia bersifat lemah dan akan kembali melakukan perbuatan dosa tersebut, dan jika demikian maka tobat kita bukanlah tobat yang sebenarnya, begitu bisikan syaitan yang sering muncul pada diri manusia yang terjebak dalam perbuatan maksiat. Namun yang semestinya adalah ketika seseorang melakukan perbuatan maksiat maka segeralah bertobat dengan didasari niat yang ikhlas dan bersungguh-sungguh untuk meninggalkan perbuatan tersebut, sedangkan keadaan selanjutnya ia tidak mengetahui sesuatu yang akan terjadi, apakah ia betul-betul meninggalkan perbuatan dosa tersebut atau kembali melakukannya. Jika ia kembali terjebak dalam perbuatan tersebut maka kembalilah bertobat demikian seterusnya, hingga ia bosan melakukan perbuatan dosa tersebut. Maka janganlah seseorang bosan dari bertobat, akan tetapi senantiasalah bertobat ketika terjebak dalam perbuatan maksiat hingga ia bosan melakukan maksiat. Karena Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Menerima taubat akan senantiasa menerima taubat hamba-hambaNya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
إِنَّ رَجُلا أَصَابَ ذَنْبًا ، فَقَالَ : رَبِّ ، إِنِّي أَصَبْتُ ذَنْبًا وَرُبَّمَا قَالَ : أَذْنَبْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ لِي ، فَقَالَ رَبُّهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ ، وَيَأْخُذُ بِهِ ، قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي ، قَالَ : ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ، ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ ، فَقَالَ : رَبِّ ، إِنِّي أَذْنَبْتُ ذَنْبًا وَرُبَّمَا قَالَ : إِنِّي أَصَبْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ لِي ، فَقَالَ رَبُّهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رِبًا يَغْفِرُ الذَّنْبَ ، وَيَأْخُذُ بِهِ ، فَقَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي ، ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ، ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ ، فَقَالَ : رَبِّ ، إِنِّي أَذْنَبْتُ ذَنْبًا وَرُبَّمَا قَالَ : أَصَبْتُ ذَنْبًا ، فَاغْفِرْهُ لِي ، فَقَالَ رَبُّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ ، وَيَأْخُذُ بِهِ ، قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَ .
“ Sesungguhnya ada seorang hamba yang melakukan dosa, kemudian ia berkata : “Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa maka ampunilah aku”, maka Allah berfirman : “ HambaKu mengetahui bahwa ia mempunyai tuhan Yang mengampuni dosa, maka Aku telah mengampuni (dosa) hambaKu”, kemudian hamba tersebut berhenti berbuat dosa dengan kehendak Allah, lalu hamba tersebut kembali berbuat dosa yang lain, kemudian ia berkata : “Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa maka ampunilah aku”, maka Allah berfirman : “ HambaKu mengetahui bahwa ia mempunyai tuhan Yang mengampuni dosa, maka Aku telah mengampuni (dosa) hambaKu”, kemudian hamba tersebut berhenti berbuat dosa dengan kehendak Allah, lalu hamba tersebut kembali berbuat dosa yang lain, kemudian ia berkata : “Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa maka ampunilah aku”, maka Allah berfirman : “ HambaKu mengetahui bahwa ia mempunyai tuhan Yang mengampuni dosa, maka Aku telah mengampuni (dosa) hambaKu maka berbuatlah yang ia kehendaki”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
خُذُوا مِنَ العَمَلِ ما تُطِيقُونَ، فإنَّ الله لَا يَمَلُّ حَتى تَمَلُّوْا
“ Ambillah (kerjakanlah) perbuatan (amal baik) yang kalian mampu (istiqamah di dalamnya), sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala tidak pernah bosan (memberi pahala) hingga kalian yang merasa bosan”
Allah subhanahu wata’ala tersucikan dari sifat-sifat sifat bosan. Allah subhanahu wata’ala Maha Tau atas dosa-dosa manusia sejak zaman nabi Adam AS hingga detik ini, zaman telah berubah dan berganti namun Allah subhanahu wata’ala hingga saat ini tiada henti-hentinya mencurahkan pengampunan bagi hamba-hamba yang meminta pengampunan itu, maka orang yang sangat merugi adalah orang yang telah berbuat dosa namun tidak meminta pengampunan kepada Allah subhanahu wata’ala dan tidak berkeinginan untuk mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala sehingga orang itu berada dalam kerugian yang besar. Saat ini kita berada di penghujung bulan Dzulqa’dah, yang kemudian akan memasuki bulan agung dan mulia dimana para tamu Allah subhanahu wata’ala mulai bergerak menuju medan-medan haji dan umrah untuk melaksanakan rentetan ibadah haji mereka, dari melakukan thawaf, sa’i, melempar jumrah, dan wuquf di Arafah.
Ketahuilah bahwa kemuliaan ibadah haji tidak terlepas dari perjuangan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana ketika perjanjian Hudaibiyah di Bulan Dzulqa’dah pada tahun 6 H, setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan 1500 kaum muslimin dilarang memasuki Makkah oleh kuffar Quraisy untuk melakukan ibadah Haji dan Umrah sehingga mereka kembali ke Madinah. Kemudian pada tahun 8 H terjadilah Fath Makkah, dimana ketika itu jumlah kaum muslimin telah mencapai 10.000 yang disaat itu Abu Sufyan sebagai pimpinan Quraisy setelah masuk Islam ia berkata :
يَا رَسُوْلَ اللهِ أُبِيْحَتْ خَضْرَاءُ قُرَيْشٍ، لَا قُرَيْشَ بَعْدَ الْيَوْمِ.
“Wahai Rasulullah telah diserahkan mahkota (kepemimpinan) Quraisy, tidak ada (kekuasaan) Quraisy setelah hari ini”
Yang dimaksud bahwa kekuasaan Makkah tidak lagi berada di tangan kaum Quraisy, akan tetapi kekuasaan Makkah telah diserahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala di dalamnya dan disekitarnya. Dan di saat Fath Makkah jumlah kaum muslimin telah mencapai 10.000, kemudian 2 tahun setelah Fath Makkah terjadilah Haji Wada’ ( Haji Perpisahan ) dimana tidak lama setelah Haji Wada’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, dan etika itu jumlah para sahabat telah mencapai 120.000. Demikian perkembangan dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari masa ke masa. Dan kita ketahui hanya terdapat berapa ribu sahabat yang dimakamkan di Madinah Al Munawwarah, sedangkan para sahabat yang lainnya berpencar di penjuru barat dan timur untuk menyampaikan kalimat tauhid : لا إله إلا الله محمد رسول الله (Tiada Tuhan selain Allah subhanahu wata’la, Nabi Muhammad utusan Allah).
Hadits yang kita baca di malam hari ini menjelaskan bahwa jika suatu bejana atau wadah air diminum atau dijilat oleh anjing maka hendaklah dicuci sebanyak 7 kali. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menukil sebuah riwayat di dalam Shahih Muslim bahwa basuhan tersebut sebanyak 7 kali dan basuhan yang pertama dengan tanah, sedangkan dalam riwayat lain basuhan yang terakhir dengan menggunakan tanah, adapun dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang ke delapan dengan tanah. Namun Al Imam An Nawawi berkata dalam kitab Syarh An Nawawiyah ‘ala Shahih Muslim menyatukan beberapa riwayat yang ada, bahwa basuhan tersebut sebanyak tujuh kali dengan air dan satu kali dibasuh dengan air yang dicampur dengan tanah, demikian yang terdapat dalam madzhab Syafii. Al Imam Ibn Hajar berkata bahwa di dalam madzhab Imam Maliki dalam masalah ini terdapat 4 pendapat yang berbeda, diantara mereka ada yang mengatakan bahwa anjing najis dan diantara mereka mengatakan bahwa anjing tidaklah najis akan tetapi air liurnya najis. Sedangkan di dalam madzhab Hanafi sebagian besar pendapat mengatakan bahwa anjing tidaklah najis. Akan tetapi menurut hadits diatas menunjukkan bahwa sesuatu yang terkena anjing harus dibasuh sebanyak 7 kali karena telah terkena najis (anjing). Maka Al Imam An Nawawi berkata bahwa madzhab Syafii adalah satu-satunya madzhab yang berhati-hati dalam hal ini sehingga mengatakan bahwa anjing adalah najis. Namun semua Imam 4 madzhab mempunyai dalil dan rujukan hadits dan sanad yang jelas atas hukum-hukum yang mereka ambil. Meskipun anjing adalah hewan yang najis namun bukan berarti bahwa anjing tersebut hewan yang jahat, sebagaimana disebutkan di dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbolehkan melatih anjing untuk berburu dan hewan buruan itu halal untuk dimakan, kecuali anjing yang tidak terdidik dalam hal berburu hingga anjing tersebut menggigit atau memakan hewan buruan tersebut, maka hewan buruan tersebut menjadi najis. Hal tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membenci anjing dikarenakan hewan yang najis. Bahkan anjing juga dipuji oleh Allah subhanahu wata’ala karena memiliki sifat setia, sebagaimana dalam kisah Ashabul Kahfi, sebagai firman Allah subhanahu wata’ala :
وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ ( الكهف : 18 )
“Dan anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua”. ( QS. Al Kahf : 18 )
Selama berada di gua itu anjing tersebut tiada bergerak untuk mencari makan atau minum sebab menjaga majikannya hingga anjing tersebut mati di tempat itu, karena Ashabul Kahfi ditidurkan oleh Allah subhanahu wata’ala selama 360 tahun. Dalam ayat lain Allah subhanahu juga menyebutnya, dalam firmanNya :
سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ . ( الكهف : 22 )
“ Orang-orang ada yang mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang, yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: (jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan akan sesuatu yang gaib; dan (yang lain) mengatakan: (jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya”. ( QS. Al Kahfi : 22 )
Mengapa Allah subhanahu wata’ala mengulang-ulang menyebut anjing dalam satu ayat hingga 3 kali?!. Kita ketahui bahwa Ashabul Kahfi bukanlah para nabi dan rasul, dan kisah ini telah terjadi ribuan tahun sebelum zaman kita, akan tetapi Allah subhanahu wata’ala menyebutkannya di dalam Al qur’an, untuk menunjukkan rahasia ma’iyyah (ikatan/kebersamaan) dengan orang-orang shalih, walau seekor hewan sekalipun jika ia mencintai orang shalih maka ia dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala, terlebih lagi jika ikatan itu ada antara seorang dengan pemimpin para shalihin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semua makhluk menerima semua ketentuan Allah subhanahu wata’ala, kecuali 4 makhluk yaitu malaikat, manusia, jin, dan syaitan. Dimana 4 makhluk tersebut telah diberi ilmu pengetahuan oleh Allah subhanahu wata’ala, berbeda dengan hewan seperti anjing yang diberi pengetahuan sebagaimana 4 makhluk tersebut. Namun malaikat tidaklah menolak ketentuan Allah akan tetapi mereka hanya bertanya, sebagaimana ketika Allah akan menciptakan nabi Adam kemudian menjadikannya khalifah di bumi, dan sebagian malaikat telah diberi pengetahuan oleh Allah bahwa manusia akan menyebabkan kerusakan di muka bumi, maka para malaikat bertanya kepada Allah subhanahu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ ( البقرة : 30 )
“Mereka berkata: "Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?" Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui". (QS.Al Baqarah : 30 )
Maka malaikat pun terdiam mendengar jawaban dari Allah, dan mereka bersujud kepada nabi Adam sebagaimana perintah Allah kepada mereka. Namun makhluk yang lain yang dahulunya merupakan makhluk yang paling taat dan banyak beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala yaitu iblis, dia tidak mau bersujud kepada nabi Adam karena rasa sombong yang ada dalam diri iblis, ia menganggap dirinya yang diciptakan dari api lebih mulia dari nabi Adam yang diciptakan dari tanah. Allah subhanahu wata’ala ingin menunjukkan bahwa hamba Allah yang memiliki ilmu adalah yang paling mulia, yaitu nabi Adam As. Begitu juga makhluk yang bernama jin, diantara mereka ada yang shalih dan ada yang fasiq dan kafir, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا ( الجن : 11 )
“Dan sesungguhnya di antara kami terdapat yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya, kami menempuh jalan yang berbeda-beda”. ( QS. Al Jinn: 11 )
Dan begitu pula makhluk yang bernama manusia sangatlah sering dan banyak memprotes terhadap ketentuan-ketentuan Allah untuk mereka. Maka haruslah kita fahami rahasia tuntunan keluhuran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan juga harus kita fahami bahwa rahasia kehidupan kita di dunia ini adalah untuk mencapai kebahagiaan yang kekal kelak di akhirat dalam kedamaian, kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin ynag dimulikan Allah
Senjata yang paling tajam bagi nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan ummatnya adalah doa dan munajat, dimana tidak ada hal yang dapat merubah ketentuan Allah kecuali doa, maka doa dapat merubah ketentuan Allah dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Begitu pula kehancuran alam semesta ini masih akan tertahan oleh Allah selama masih ada orang yang menyebut nama Allah, sebagaimana dalam riwayat Shahih Muslim :
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ
“ Tidak akan datang hari kiamat hingga tidak lagi diucapkan “Allah Allah” di bumi”
لاَتَقُوْمُ السَّاعَةُ عَلَى رَجُلٍ يَقُوْلُ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ
“ Tidak akan terjadi hari kiamat terhadap orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah”
Oleh sebab itu guru mulia kita Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh selalu menggemuruhkan lafadz الله dalam setiap majelis beliau, dan karena memang nama اللهlah yang paling berhak untuk diseru dan digemuruhkan dari semua nama yang ada. Kelak ketika hamba-hamba yang telah masuk surga dan wajah-wajah mereka memandang keindahan Allah subhanahu wata’ala, mereka akan tertunduk malu dan menyesal akan perbuatan dosa yang dulu pernah dilakukan ketika di dunia, yang telah banyak berpaling dari Allah subhanahu wata’ala, mereka akan tertunduk malu dan menyesal sebab kewibawaan dan keindahan Allah subhanahu wata’ala yang mereka lihat ketika itu. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani mengatakan sebagaimana yang terdapat dalam salah satu riwayat yang tsiqah, bahwa penduduk surga diantara mereka akan melihat Allah di surga sekali dalam 1000 tahun, diantara mereka setiap 100 tahun sekali melihat Allah, diantara mereka setiap 10 tahun sekali melihat Allah, diantara mereka setiap 1 Tahun sekali melihat Allah, dan diantara mereka setiap 1 bulan sekali melihat Allah, dan diantara mereka diberi kesempatan untuk melihat Allah setiap hari Jum’at. Dan nikmat memandang Allah adalah kenikmatan terbesar bagi penduduk surga. Sebagaimana disebutkan bahwa orang yang terakhir keluar dari api neraka, setelah melewati pedih dan dahsyatnya siksa api neraka selama puluhan ribu tahun, kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Wahai Jibril, temui hambaKu itu dan keluarkan ia dari neraka”, dan ketika hamba itu dimasukkan ke dalam surga, kemudian Allah mengizinkan hamba tersebut untuk memandang keindahan dzatNya dan bertanya : “Wahai hambaKu, berapa lama engkau berada di dalam neraka?”, maka hamba itu menjawab : “aku tidak pernah melihat api neraka wahai Allah”, ia telah lupa akan siksaan dan pedihnya api neraka yang dilaluinya selama beribu-ribu tahun sebab memandang keindahan Allah subhanahu wata’ala…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Balasan Bagi Orang Yang Berbuat Baik



قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَّ رَجُلًا، رَأَى كَلْبًا، يَأْكُلُ الثَّرَى، مِنْ الْعَطَشِ، فَأَخَذَ الرَّجُلُ خُفَّهُ، فَجَعَلَ يَغْرِفُ لَهُ بِهِ، حَتَّى أَرْوَاهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ، فَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ. (صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Sungguh seorang pria melihat anjing menjilati tanah karena kehausan, maka pria itu mencabut sepatunya untuk menciduk air untuknya, maka anjing itu minum sampai puas, maka Allah berterimakasih pada pria itu dan memasukkannya ke surga” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Bercahaya menerangi jiwa untuk mengenali penciptanya. Cahaya Allah subhanahu wata’ala berpijar menerangi sanubari sehingga muncul ketenangan dan kedamaian di dalamnya, yang dengan itu sirnalah dari dalam hatinya keinginan-keinginan untuk berbuat hina dan tergantikan dengan cahaya keinginan untuk berbuat mulia. Itulah cahaya Allah subhanahu wata’ala, betapa agungnya ketika cahaya itu muncul dalam sanubari manusia, sungguh sebutir kerinduan kita kepada Allah subhanahu sangatlah agung dan berharga, karena ketika kita merindukan perjumpaan dengan Yang Maha Indah, maka ketika itu pula Allah subhanahu wata’ala merindukan kita, sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
إِذَا أَحَبَّ عَبْدِيْ لِقَائِي أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“ Jika seorang hamba menyukai pertemuan denganKu, Aku (Allah) menyukai pertemuan dengannya”
Telah terlewat belasan tahun bahkan puluhan tahun dari kehidupan kita, adakah diantara waktu-waktu yang terlewatkan itu detik-detik kita merindukan Allah subhanahu wata’ala?!. Hari ini sejak kita terbangun dari tidur hingga malam hari ini akan tidur kembali, adakah diantara detik-detik itu kita merindukan Allah subhanahu wata’ala?!. Ingatlah bahwa tidak satu detik pun yang telah terlewatkan dari kehidupan ini akan kembali kepada kita, akan tetapi setiap detik yang terlewatkan dari kita telah tercatat di dalamnya setiap perbuatan baik atau buruk yang kita lakukan dilakukan. Bagaimana kelak ketika kita akan berhadapan dengan Allah subhanahu wata’ala, ketika Allah subhanahu wata’ala melihat hambaNya tidak pernah merindukan Allah dalam setiap waktu-waktu yang terlewatkan darinya ketika di dunia, bahkan tidak pernah terlintas dalam keinginannya untuk rindu dan berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala, Ingatlah firman Allah dalam hadits qudsi :
وَ إِذَا كَرِهَ لِقَائِيْ كَرِهْتُ لِقَاءَهُ
“ Dan jika (hamba) membenci pertemuan denganKu, Aku (Allah) membenci pertemuan dengannya”
Maka dimanakah tempat kembali orang yang tidak diinginkan perjumpaannya oleh Allah?!, sebelum menghadapi hisab atas amal-amalnya, mereka telah sampai ke dalam neraka, wal’iyadzu billah, karena Allah tidak mau melihatnya, sebab semasa hidupnya di dunia tidak pernah terlintas di dalam hatinya kerinduan untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi orang yang merindukan perjumpaan dengan Allah maka Allah juga merindukan perjumpaan dengannya. Adakah di dalam catatan amalan kita yang kelak akan dibacakan dihadapan Allah subhanahu wata’ala, tertulis di dalamnya detik-detik terindah ketika kita sedang dirindukan oleh Allah subhanahu wata’ala karena disaat itu kita merindukan Allah subhanahu wata’ala?!. Rindu kepada Allah adalah sesuatu yang paling mulia dari segala perbuatan mulia yang ada dalam diri manusia, namun lebih jauh lebih mulia ketika seorang hamba dirindukan oleh Allah subhanahu wata’ala, karena ia lewati usianya dalam kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka senantiasa kita memohon dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar kehidupan dunia yang sementara ini jangan sampai menghalangi kita dari kerinduan kepadaNya, begitu juga setiap musibah dan kenikmatan yang kita lewati janganlah sampai membuat kita terjauhkan dari kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga kita semua yang hadir di tempat ini diberi taufiq oleh Allah subhanahu wata’ala untuk senantiasa dipenuhi dengan kerinduan kepada Allah, sehingga menjauhkan dari kita segala musibah zhahir dan bathin di dunia dan akhirat. Masa depan kita berada dalam genggaman kekuasaan Allah subhanahu wata’ala, betapa banyak orang yang di saat ini dalam tawa dan dalam kesenangan, namun keesokan harinya Allah memberinya musibah atau cobaan dengan penyakit stroke, hingga tidak dapat berbicara dengan benar, hartanya habis untuk biaya pengobatannya namun keadaannya tidak berubah, demikian keadaan yang dihadapinya hingga ajal menjemputnya. Begitu juga banyak diantara orang yang di hari itu dalam canda dan tawa di dunia namun keesokan harinya ia telah menghembuskan nafas terakhir, dan ia tidak mengetahui bahwa malam sebelum hari kematiaannya adalah malam terakhir baginya dalam kehidupan dunia, kemudian malam-malam berikutnya ia telah berada di alam kubur. Maka beruntung bagi orang-orang yang merindukan Allah subhanahu wata’ala, dan hal ini perlu selalu kita minta kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena kita manusia yang penuh dengan dosa ini barangkali sangat jarang dan sedikit sekali merindukan Allah subhanahu wata’ala dan lebih memilih untuk merindukan selain Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رِبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوْا الدُعَاءَ
“Keadaan terdekat seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia bersujud, maka perbanyaklah doa”
Namun di saat kita sedang bersujud, bagaimana keadaan hati kita?!. Para shalihin (orang-orang shalih) disetiap keadaan mereka baik tubuhnya dalam keadaan sujud atau tidak, maka hati mereka selalu bersujud dan selalu dipenuhi doa dan kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi sebagian dari kita mungkin ada yang telah berpuluhan tahun melakukan shalat namun hati atau sanubari mereka tidak pernah turut bersujud sebagaimana jasad mereka bersujud, sehingga belum pernah merasakan cinta dan kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, bahkan tidak pernah terbesit dalam benaknya untuk cinta dan rindu kepada Allah, maka Allah subhanahu wata’ala akan menyiapkan tempat kemurkaanNya untuk mereka di neraka dan di alam kubur, akan tetapi tidaklah seorang hamba berputus asa dari hal itu, karena Allah subhanahu wata’ala senantiasa menerima cinta hamba-hambaNya walaupun mereka penuh dengan dosa, bahkan Allah subhanahu wata’ala menyambut dengan sambutan yang indah bahwa Allah subhanahu wata’ala juga merindukan hamba-hamba yang merindukanNya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ ، نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ، نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ ، وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ، وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ ( فصلت : 30-34 )
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?". Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Balaslah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, hingga di saat itu orang yang terdapat permusuhan denganmu seakan-akan ia adalah teman yang sangat setia”. ( QS. Fusshilat : 30-34 )
Dan guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh mengajarkan kepada kita untuk selalu memperbanyak menyebut nama يا الله , karena Allah subhanahu wata’ala akan menghidupkan jiwa hamba-hamba yang selalu menyebut nama الله meskipun dengan bibirnya, maka Allah akan menuntunnya kepada keluhuran, dan insyaallah diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah.
Dalam ayat di atas Allah subhanahu wata’ala menyebutkan kemuliaan orang-orang yang mengatakan dan mengakui bahwa tuhan mereka adalah Allah, kemudian mereka istiqamah di jalan Allah subhanahu wata’ala, dengan menjalankan segala keluhuran yang diperintahNya dan menjauhi segala kehinaan yang dilaranganNya, maka Allah subhanahu wata’ala akan mengutus malaikat untuk menaungi dan menjaga mereka, jika kesulitan atau musibah menghampirinya maka malaikat akan mendoakan kesulitannya agar dihilangkan, jika ia sedang sakit maka malaikat akan mendoakan untuk kesembuhannya dan lain sebagainya. Akan tetapi Allah tidak memaksakan sesuatu di luar batas kemampuan hamba-hambaNya, namun seorang hamba haruslah senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri, dengan menjauhi segala sesuatu yang hina dan menjalankan segala sesuatu yang luhur yang telah diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala dan tetap istiqamah di dalamnya. Maka seorang yang mengakui bahwa Allah adalah tuhannya janganlah merasa takut dan sedih, karena mereka telah diberi kabar gembira dengan surga. Dan Allah subhanahu wata’ala yang menjadi penolong dalam kehidupan mereka dunia dan akhirat, sehingga kelak di akhirat segala apapun yang diinginkan oleh para penduduk surga akan Allah berikan untuk mereka, yang merupakan hadiah agung dari Allah subhanahu wata’ala untuk hamba-hambaNya yang beriman dan shalih, demikianlah janji Allah subhanahu wata’ala. Kita mungkin belum termasuk kedalam orang yang senantisa istiqamah dalam keluhuran, namun seseorang yang senantiasa berusaha untuk berada dalam keistiqamahan terhadap keluhuran, serta mencintai dan berjalan di jalan orang-orang yang beristiqamah maka ia telah masuk ke dalam golongan orang-orang tersebut, karena rantai cinta orang-orang yang istiqamah terikat dengannya sehingga ia pun terbawa dalam kelompok mereka, semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang istiqamah dalam keluhuran, meskipun kita terkadang belum secara sempurna mampu untuk senantiasa berbuat keluhuran dan meninggalkan hal-hal yang hina, namun selalu kita munculkan niat baik dalam diri kita untuk semakin mendekat dan cinta kepada Allah subhanahu wata’ala, yaitu dengan mencintai para ulama’ dan shalihin, karena seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya kelak di hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
الَمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“ Seseorang bersama orang yang dicintai di hari kiamat”
Kemudian dalam ayat di atas, Allah subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa tidak ada ucapan seorang yang lebih baik dari ucapan orang yang mengajak orang lain kepada keridhaan Allah subhanahu wata’ala. Tentunya banyak ucapan-ucapan baik dan mulia yang disukai Allah subhanahu wata’ala, seperti kalimat-kalimat luhur لا إله إلا الله , سبحان الله وبحمده dan lainnya, namun ayat ini bersifat ‘aam makhsus (secara umum yang dikhususkan), dimana diantara ucapan-ucapan tersebut adalah ucapan orang yang mengajak dan menyeru orang lain kepada kebaikan, kepada jalan yang diridhai Allah subhanahu wata’ala. Adapun cara untuk mengajak orang lain ke jalan yang diridhai Allah sangatlah banyak, seperti mengajak orang lain untuk melakukan shalat. Seperti contoh ada seorang teman kita yang tidak mau melakukan shalat zhuhur, maka ketika tiba waktu shalat zhuhur kita minta dan mengajak teman kita untuk menemani kita shalat jamaah, dengan alasan agar dia mau membantu kita untuk mendapatkan pahala shalat jamaah, maka dalam keadaan seperti itu ia akan mulai melakukan shalat, meskipun diawalanya merasa terpaksa, namun kita berharap agar Allah subhanahu wata’ala mencurahkan ke dalam hatinya butiran hidayah, sehingga tanpa diajak atau diperintah oleh orang lain ia akan mengerjakan shalat, atau bahkan ia akan mencari teman untuk melakukan shalat bersamanya agar mendapatkan pahala yang lebih besar dengan shalat jama’ah. Maka hal seperti ini merupakan sebagian contoh yang dengan mudah dapat kita lakukan, dan nasihat-nasihat baik untuk orang lain dapat dengan mudah kita sampaikan, bisa melalui telepon, sms, chatting, dan lainnya.
Adapun hadits agung yang kita baca, dimana kisah tersebut telah sering kita dengar, dimana terdapat dua riwayat di dalam Shahih Al Bukhari, riwayat yang kita baca tadi menceritakan seorang lelaki, sedangkan dalam riwayat yang lainnya menceritakan seorang wanita. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan bahwa salah satu pendapat yang mengatakan bahwa air liur anjing tidak najis, yaitu dengan menjadikan diantara dalilnya adalah hadits ini, dimana lelaki itu melepas sepatunya kemudian mengambilkan air dan meminumkannya pada anjing yang sedang menjilati tanah karena kehausan, lalu anjing itu pun minum sepuasnya, sehingga sebab perbuatan lelaki tersebut Allah berterimakasih kepadanya dengan memasukkannya ke dalam surga, maka dari peristiwa itulah sebagian pendapat mengatakan bahwa air liur anjing suci. Akan tetapi Al Imam Ibn Hajar menjelaskan di dalam Fathul Bari, menyangkal pendapat tersebut dengan menukil ucapan Al Imam An Nawawi Ar, beliau mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah secara mutlak dapat diterima dan dijadikan dalil tidak najisnya liur anjing, karena dalam kejadian tersebut tidaklah menutup kemungkinan lelaki itu membuang sepatunya setelah digunakan untuk memberi minum anjing tersebut dan tidak memakainya kembali, dan bisa jadi lelaki tersebut juga mencuci sepatunya sebanyak 7 kali dengan menggunakan tanah di salah satu basuhannya, karena tidak disebutkan dan dijelaskan dalam hadits tersebut, namun sebelum hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang menyebutkan bahwa sesuatu yang disentuh oleh anjing maka hendaklah membasuhnya sebanyak 7 kali basuhan dan salah satu basuhan tersebut dicampur dengan tanah, maka hadits ini menunjukkan bahwa sesuatu yang terkena anjing, berarti telah terkena najis. Maka kisah dalam hadits tersebut tidak bisa dijadikan sebagai dalil akan sucinya air liur anjing atau bagian yang dari anjing.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa orang yang memelihara anjing di rumahnya, bukan karena untuk berburu atau untuk menjaga, maka setiap harinya satu pahala akan berkurang dari orang tersebut. Namun meskipun demikian, anjing itu tidak memprotes kepada Allah karena diciptakan sebagai hewan yang najis, misalnya dengan berkata : “Wahai Allah mengapa Engkau jadikan aku sebagai hewan yang najis padahal aku senantiasa bertasbih dan mengagungkanMu, sedangkan manusia-manusia yang berjiwa busuk karena selalu bermaksiat kepadaMu, Engkau ciptakan sebagai makhluk dengan bentuk yang mulia dan suci”, anjing-anjing itu tidak pernah menggugat ketentuan Allah untuknya. Akan tetapi jika kita bandingkan dengan diri kita, sungguh betapa banyak gugatan atau protes kita terhadap ketentuan Allah subhanahu wata’ala. Apakah seekor anjing itu lebih kuat dari keimanan kita sehingga mereka rela dan menerima ketentuan Allah untuk mereka, sedangkan kita sebagai manusia tidaklah demikian. Dalam kisah diatas seakan-akan anjing tersebut memberi pertolongan kepada lelaki itu, karena telah menjadi penyebab baginya untuk masuk surga. Ketika anjing itu kehausan dan lelaki itu menolongnya dengan memberinya minum, maka Allah subhanahu wata’ala Yang membalas kebaikan itu, karena seekor anjing tidak dapat berterima kasih kepada lelaki tersebut, maka Allah subhanahu wata’ala yang berterimakasih kepadanya dan membalas kebaikannya dengan memasukkannya ke dalam surga, maka lelaki itu masuk ke dalam surga sebab seekor anjing. Sungguh Allah Maha Mampu memasukkan hambaNya ke dalam surga meskipun karena seekor hewan yang najis seperti anjing. Maka terlebih lagi manusia termulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah diberi hak syafaat oleh Allah subhanahu wata’ala untuk semua manusia, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alahi wasallam :
وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Akulah orang yang pertama memberi syafaat, dan yang pertama dikabulkan syafaatnya pada hari kiamat”.
Maka yang perlu kita ketahui dan kita renungi adalah kasih sayang dan kelemah lembutan Allah kepada makhlukNya. Kita ketahui bagaimana sifat lemah lembut Allah subhanahu wata’ala terhadap orang-orang yang zhalim dan jahat, yang diantaranya adalah Fir’aun. Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa orang yang paling jahat adalah Fir’aun, namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang paling jahat adalah Abu Lahb, karena Allah subhanahu wata’ala melaknat Abu Lahb dua kali dalam satu ayat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ ( المسد : 1 )
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”. ( QS. Al Masad : 1 )
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (فصلت : 34 )
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Balaslah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, hingga di saat itu orang yang terdapat permusuhan denganmu seakan-akan ia adalah teman yang sangat setia”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa tidaklah sama antara kemulian dan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kehinaan yang dianut dan diajarkan oleh Abu Jahl. Namun ketika ia (Abu Jahl) mencaci nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Allah subhanahu wata’ala memerintah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membalasnya dengan balasan yang lebih baik, hingga seakan-akan balasan itu mucul dari orang yang berteman dengannya. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Fir’aun adalah orang yang paling jahat, karena ia mengaku sebagai tuhan, sebagaimana dalam firman Allah subhanahu wata’ala :
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى ( النازعات : 24 )
“Berkata (Fir’aun): "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". ( QS. An Naazi’aat : 24 )
Akan tetapi bagaimana sikap Allah subhanahu wata’al terhadap Fir’aun, dimana nabi Musa dan nabi Harun As diutus kepada Fir’aun bukan diperintah untuk membinasakannya karena telah mengaku sebagai tuhan, namun Allah memerintahkan kepada nabi Musa dan nabi Harun untuk mengajaknya beriman kepada Allah serta bertutur dengan ucapan yang lemah lembut kepadanya, sebagaimana firmanNya :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (طه : 44 )
“Maka berucaplah kalian berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau merasa takut". ( QS. Thaha : 44 )
Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui bahwa Fir’aun tidak akan beriman , meskipun bermacam-macam musibah telah Allah turunkan untuknya dan para pengikutnya yang diantaranya berupa air lautan berubah menjadi darah, keluarnya hewan dari dalam bumi dan lainnya namun Fir’aun tetap saja membangkang dan tidak beriman, sehingga Allah menenggelamkannya ke dalam lautan. Peristiwa tersebut terjadi jauh sebelum diutusnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun Allah subhanahu wata’ala menceritakannya di dalam Al qur’an, karena Allah ingin menunjukkan dan memberi pengajaran kepada hamba-hambaNya akan sifat lemah lembut Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba yang dimurkaiNya. Demikian indah perintah Allah subhanahu wata’ala kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyamapaikan dakwah kepada manusia. Yang juga termasuk makhluk yang paling jahat adalah iblis, dimana iblis adalah makhluk yang paling dimurkai Allah subhanahu wata’ala, dan iblis dapat mengajak hamba-hamba Allah untuk menjadi pengikutnya dan bersamanya di tempat yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala. Meskipun demikian ketika iblis berdoa dan meminta kepada Allah maka Allah subhanahu wata’ala mengabulkan permintaannya, sebagaimana dalam firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ ( ص: 79 )
“ Iblis berkata: "Ya Tuhanku, undurlah (siksaku) sampai hari mereka dibangkitkan". ( QS. Shaad : 79 )
Kemudian Allah subhanahu wata’ala menjawab, sebagaimana firmanNya:
قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ ، إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ ( ص : 80-81 )
“ Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh (diundur), sampai hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)". ( QS. Shad : 80-81 )
Lalu iblis pun berkata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ، إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ ( ص: 82-83 )
“ Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka”.( QS. Shad : 82-83)
Allah Maha Mengetahui jika siksa iblis itu diundur maka ia akan menggoda keturunan Adam, namun karena sifat lemah lembut Allah subhanahu wata’ala maka dikabulkanlah permintaan iblis tersebut. Sehingga diantara manusia ada yang menjadi pengikut iblis dan diantara mereka ada yang menjadi pengikut sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita semua mencintai dan merindukan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan yang bisa kita perbuat hanyalah bersalam dan bershalawat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam kehidupan di dunia kita tidak bisa hidup bersama beliau, namun semoga kelak di hari kiamat kita bersama sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan bersama iblis dan para pengikutnya, maka jauhkan sifat-sifat iblis dari hati kita. Seseorang bernama Al Imam Abdul Aziz Ar, dimana ia adalah seorang yang sangat shalih dan dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala ia dapat mengetahui keshahihan sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya dengan mencium tulisan hadits tersebut, jika hadits tersebut benar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka akan tercium bau wangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi sebagian ulama’ hadits tidak menerima untuk menerima kesahihan sebuah hadits hanya dengan mencium tulisan hadits tersebut, karena ada ilmu Musthalah Al Hadits yang mempelajari derajat kesahihan sebuah hadits. Namun Al Imam Ahmad bin Hanbal sering mendatangi beliau untuk menanyakan antara hadits shahih dan hadits dha’if. Dari hal ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu membuat panca indera seseorang mampu melakukan sesuatu diluar batas kemampuan, sebagaimana disebutkan di dalam Al qur’an Al Karim bahwa Allah subhanahu wata’ala telah memberinya ilmu kepada seorang kaum nabi Sulaiman, dimana ia dapat menghadirkan kerajaan ratu Balqis di hadapan nabi Sulaiman sebelum kedipan mata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آَتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآَهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ ( النمل : 40 )
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka ketika nabi Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". ( QS. An Naml : 40 )
Kemampuan yang luar biasa itu Allah berikan kepada umat selain umat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi untuk ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Senantiasalah kita bersiap untuk menghadapi masa depan kita di alam kubur dan di akhirat, dengan selalu berbuat keluhuran dan meninggalkan segala kehinaan. Dikisahkan bahwa seorang wanita shalihah Rabi’atul Adawiyah, beliau menggali kubur untuk dirinya sendiri sebelum wafat, kemudian memperindahnya dengan membacakan Al qur’an setiap hari di dalamnya hingga mencapai 7000 kali khatam Al qur’an. Beliau membangun dan memperindah tempat yang akan dihuninya setelah ia wafat. Adapun Al Habib Ahmad bin Muhammad Al Muhdhar shahib Al Quwairah Hadramaut, sebelum wafat, beliau mengkhatamkan Al qur’an sebanyak 8000 kali di dalam kuburnya, dan setelah ditanya mengapa beliau lakukan hal tersebut, maka beliau menjawab : “Apakah aku mau dikalahkan oleh seorang wanita”, maksud beliau wanita itu adalaha Rabi’ah Al Adawiyah yang telah mengkhatamkan Al qur’an sebanyak 7000 kali di dalam kuburnya sebelum ia wafat. Demikianlah keadaan para shalihin yang berlomba-lomba membangun dan memperindah rumah masa depan mereka (kuburan). Akan tetapi keadaan kita di saat ini berbeda, dimana manusia berlomba-lomba untuk membangun dan memperindah rumah yang akan ditinggalkan. Tapi bukan berarti kita tidak diperbolehkan membangun rumah, namun yang harus kita lakukan adalah memikirkan kehidupan kita di dunia dengan memperbaikinya, dimana hal itu adalah modal untuk kehidupan masa depan kita di akhirat. Maka senantiasa perbaiki hari-hari kita dalam kehidupan dunia ini dan menjauhi segala hal yang hina, baik kita sebagai pelajar, orang tua, anak, pekerja dan lainnya.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita di dunia dan akhirat.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Saat Rasulullah SAW Mencukur Rambutnya



عَنْ أَنَسٍ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَمَّا حَلَقَ رَأْسَهُ، كَانَ أَبُو طَلْحَةَ، أَوَّلَ، مَنْ أَخَذَ مِنْ شَعَرِهِ (صحيح البخاري)
Dari Anas bin Malik Ra: Sungguh ketika Rasulullah SAW mencukur rambutnya (di perjanjian Hudaibiyah) bahwa Abu Thalhah (Ra) yang pertama kali mengambil rambut beliau SAW” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Yang Maha Berhak atas segala pujian antara satu makhluk dan yang lainnya, Dialah Allah subhanahu wata’ala Sang Pencipta Yang paling berhak untuk dipuji. Dimana dengan memujiNya akan terangkatlah iman seseorang setinggi-tinggi derajat, karena Allah subhanahu wata’ala mengetahui bahwa pujian yang timbul dari manusia menunjukkan kecintaan kepada yang dipuji. Maka ketika seseorang memuji Allah subhanahu wata’ala, hal tersebut menunjukkan bahwa ia mencinta Allah, meskipun kadar kecintaannya kepada Allah sebutir debu kecil di dalam hatinya, namun ketahuilah bahwa cinta tersebut tidak akan ada di dalam sanubari seseorang kecuali dari keinginan dan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Dialah Yang telah meletakkan di dalam sanubari kita agar kita kembangkan dan tumbuhkan hingga cahaya cinta kepada Allah semakin berpijar dan terang benderang di dalam setiap sanubari kita, yang dapat menjadikan semua anggota tubuh kita jauh dari perbuatan dosa dan mendekat kepada hal-hal yang dicintai Allah subhanahu wata’ala. Dan kita semua yang hadir di majelis ini telah mempunyai butiran-butiran cinta dari tetesan rahmat Ilahi yang diturunkan di majelis-majelis ta’lim, karena Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang hadir pada majelis-majelis dzikir seperti malam ini, dan sungguh Allah subhanahu wata’ala tiada akan menolak cinta hamba-hambaNya . Dialah Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Dekat, Maha Lembut dan berkasih sayang, Yang menyambut dan menerima hamba-hambaNya serta tidak mengecewakan mereka, sehingga di malam ini Allah telah mengumpulkan kita sebagai tamu-tamuNya dalam istana keridhaanNya untuk dilimpahi rahmat dan kelembutanNya. Maka janganlah seorang hamba bersangka dengan buruk kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana berprasangka buruk terhadap manusia merupakan hal yang sangat hina dan tercela, maka terlebih lagi berprasangka buruk terhadap Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana kita ketahui bahwa prasangka baik terhadap manusia merupakan hal yang luhur, maka terlebih lagi jika prasangka baik kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Tunggal mencipta seluruh makhluk, Maha Sempurna dan Abadi dalam cahaya keluhuran, Yang Maha Mampu mencurahkan cahaya kebahagiaan dalam sanubari sehingga menjadi tenang, Yang senantiasa menerima dan member seluruh hajat hamba-hambaNya , dan betapa banyak hajat yang Allah berikan kepada hamba-hambaNya dan belum mereka minta kepadaNya.
Allah subhanahu wata’ala menciptakan alam semesta dengan sempurna. Di zaman ini para Ilmuwan menemukan dalam penelitian mereka, sehingga menyingkap kebenaran dan keluhuran sebuah ayat dalam Al qur’an Al Karim. Para Ilmuwan berkata bahwa lempengan atau lapisan-lapisan bumi yang berada di atas bumi bergerak seperti gelombang-gelombang di lautan, namun kita semua mengetahui bahwa manusia dan makhluk hidup yang lainnya menempati permukaan bumi dan tidak merasakan guncangan dari gerakan lempengan-lempengan tersebut, karena ada gunung-gunung sebagaimana para Ilmuwan mengatkan bahwa kedalaman sebuah gunung sama dengan ketinggian gunung tersebut, yang mana gunung-gunung tersebut bagaikan paku atau pasak yang tertancap kuat dan kokoh yang berfungsi untuk menjaga bumi dari goncangan dan getaran, meskipun terkadang bumi berguncang, namun hal tersebut sangat kecil dibandingkan getaran gelombang-gelombang di lautan. Dan hal tersebut telah Allah kabarkan pada 14 abad yang silam, dengan firmanNya :
وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا ( النبأ : 7 )
“Dan gunung-gunung sebagai pasak”. (QS. An Naba’ : 7)
Sunggguh semakin seseorang belajar dan bertafakkur akan alam semesta maka akan semakin berpijar cahaya iman di dalam jiwanya, semakin ia menemukan dan memahami lebih dalam akan keagungan Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita untuk semakin memahami keagungan-keagunganNya.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Sebuah riwayat dari sayyidina Anas bin Malik yang telah kita baca, dimana beliau mengatakan bahwa sayyidina Abu Thalhah Al Anshari adalah orang yang pertama kali mengambil helaian rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mencukur rambut. Hal ini menunjukkan besarnya kecintaan para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga rambut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam diperebutkan oleh mereka. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fath Al Bari syarh Shahih Al Bukhari mengatakan bahwa sayyidina Abu Thalhah Al Anshari telah menunggu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggunting rambut beliau dalam Haji Wada’ dan kemudian mengambil rambut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi pada peristiwa yang terjadi 4 tahun sebelumnya yaitu Perjanjian Hudaibiyyah, yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah tahun 6 H, dan di saat itu para sahabat dalam suasana kebingungan karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyetujui perjanjian terhadap kuffar quraisy, yang mana perjanjian tersebut bagi mereka sangat merugikan kaum muslimin, sehingga di saat itu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintah para sahabat untuk mencukur rambut (Tahallul), mereka semua hanya diam dan tidak melaksanakan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena dalam suasana kebingungan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali ke kemah dan berkata kepada istri beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa para sahabat tidak mentaati perintah beliau untuk mencukur rambut, lalu istri beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Wahai Rasulullah, engkau lakukanlah hal itu maka pastilah mereka akan mengikutimu”, sehingga ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencukur rambut maka Abu Thalhah segera mengambil helaian rambut dari tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian para sahabat pun juga mencukur rambut mereka. Sayyidina Abu Talhah Al Anshari yang mengambil rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah salah seorang yang sangat mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau adalah orang yang memiliki harta yang sangat berharga di Madinah Al Munawwarah, yaitu sebuah kebun yang sangat luas dan mewah yang disebut dengan Bairuha. Kemudian ia memberikan kebun tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerimanya dengan gembira, namun demikian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ingin memberi teguran kepada Abu Thalhah karena ia kurang memperhatikan keluarga dan kerabatnya yang miskin, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Wahai Abu Thalhah, betulkah dengan rela dan ikhlas engkau akan menghadiahkan kebun Bairuha ini kepadaku ?”, Abu Thalhah menjawab : “Iya betul wahai Rasulullah”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalllam berkata : “Maukah engkau membantuku untuk membagikan tanah tersebut kepada yang berhak?” , kemudian Abu Thalhah menyanggupi hal tersebut, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjual kebun tersebut. Lalu uang tersebut diserahkan kepada Abu Thalhah untuk diberikan kepada saudara dan kerabatnya yang miskin, mendenagar hal tersebut Abu Thalhah menangis dan berkata : “Wahai Rasulullah, engkau lebih memperhatikan kerabat dan saudara-saudaraku daripada aku yang kerabat mereka”, demikianlah budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan lambang kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala. Disebutkan bahwa dalam salah satu peperangan Abu Thalhah menjatuhkan lututnya dan berkata :
وَجْهِي لِوَجْهِكَ الْوِقَاءُ ، وَنَفْسِي لِنَفْسِكَ الْفِدَاءُ
“Wajahku adalah benteng bagi wajahmu, dan jiwaku adalah penebus untuk jiwamu (dari segala serangan musuh)”
Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa Abu Thalhah memiliki kekuatan dari Allah subhanahu wata’ala bagaikan kekuatan 1000 orang, karena besarnya kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian kecintaan para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sepatutnya kita teladani.
Kita memohon dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, dan memanggil namaNya, semoga Allah subhanahu wata’ala mengangkat derajat kita kepada keluhuran. Diriwayatkan bahwa seorang wanita tua memasak dengan menggunakan kayu bakar, dan ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati wanita tersebut, lantas wanita itu memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “ Wahai Rasulullah !”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Labbaik wasa’daik (Aku datang)”, lalu wanita tersebut berkata : “Wahai Rasulullah, apakah Allah subhanahu wata’ala akan melemparkan seseorang yang mengucapkan “Laa ilaaha Illallah” ke dalam api neraka, seperti kayu yang dilemparkan ke tempat pembakaran ini?”, mendengar hal tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengalirkan air mata dan berkata :
إِنََّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ
“Sesungguhnya Allah mengharamkan apin neraka terhadap orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah karena mengharapkan ridha Allah.” 
Demikian rahasia kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala. Dan Allah tidak akan menolak cinta siapapun dari hamba-hambaNya, maka limpahkanlah cinta kita kepada Yang paling berhak untuk dicintai dan tidak akan pernah berkhianat seperti makhluk, yang mana segala kejadian berada dalam kehendakNya, maka panggil dan ingatlah selalu nama Yang Maha Luhur, dimana satu kali menyebut namaNya maka hal itu lebih mulia dari alam semesta, dan telah berfirman di dalam hadits qudsi :
 أَنَا مَعَ عَبْدِى حَيْثُمَا ذَكَرَنِى، وَتَحَرَّكَتْ بِى شَفَتَاه
“ Aku bersama hamba-Ku ketika ia mengingat-Ku dan bergetar bibirnya (menyebut nama-Ku)”
Ketika seseorang meningat dan menyebut nama Allah, maka kebersamaan rahmat Allah subhanahu wata’ala yang menyertainya akan mencabut kesulitan-kesulitan di masa mendatang dalam kehidupannya di dunia dan akhirat, dan membukakan untuknya segala pintu kemudahan dalam kehidupan di dunia dan akhirat dan menjadikannya senantiasa semakin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala, menjadikannya semakin cinta dan senang untuk menyebut namaNya dan mengingatNya, dan menjadikannya tenang dalam beribadah kepadaNya tanpa terganggu oleh kebutuhan dan permasalahan dunia. Maka bukalah segala pintu-pintu kedermawananMu untuk kami Ya Allah…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Sehelai Rambut Rasululah SAW



عَنْ ابْنِ سِيرِينَ، قَالَ: قُلْتُ لِعَبِيدَةَ، عِنْدَنَا، مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَصَبْنَاهُ، مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ، أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ فَقَالَ لَأَنْ تَكُونَ عِنْدِي شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا (صحيح البخاري)
Dari Ibn Siiriin (ra) berkata, kukatakan pada Ubaidah (ra) aku memiliki sehelai Rambut Nabi SAW, kudapatkan dari Anas (ra) atau dari keluarga Anas (ra), maka ia berkata (Ubaidah ra): Jika kumiliki sehelai Rambut beliau SAW lebih kusukai dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Melimpahkan kemuliaan dan rahmatNya di setiap waktu kepada hamba-hambaNya yang beriman atau yang tidak beriman, kepada hamba-hambaNya yang shalih ataupun yang tidak, bahkan kepada semua makhluk yang di muka bumi selain manusia seperti hewan dan tumbuhan, atau makhluk-makhluk yang tidak bergerak seperti bebatuan, atau debu dan lainnya, sehingga kesemua makhluk yang berada di langit dan di bumi mengagungkan nama Yang Maha Luhur dan Mulia, maka janganlah kita menganggap benda-benda mati yang ada di muka bumi ini hanya sekedar benda mati yang tidak bergerak, akan tetapi kesemuanya berdzikir, memuji dan mengagungkan nama Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا ( الإسراء : 44 )
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. ( QS.Al Israa: 44 )
Dan hal tersebut, telah ditemukan oleh para Ilmuwan di zaman ini yang mengatakan bahwa semua benda memilki suara, baik itu adalah benda hidup atau pun benda mati seperti hewan, tumbuhan atau bebatuan dan lainnya, kesemuanya memiliki frekuensi suara masing-masing, dan kesemuanya memilki suara namun sebagian suara tersebut tidak difahami dan tidak terdengar oleh manusia, yang mana suara-suara tersebut adalah pujian terhadap keagungan nama Allah, kesemua benda atau sesuatu yang tidak terdengar oleh kita frekuensi suaranya termasuk sel tubuh kita, sesungguhnya kesemuanya itu selalu memanggil dan menyeru namaNya di setiap waktu dan kejap, sehingga tidak pernah terlepas dari dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi banyak dari manusia yang kenyataannya mereka adalah makhluk hidup, justru mereka lalai dan lupa kepada Allah dikarenakan hati mereka yang mati, sehingga lebih mati dari benda-benda yang mati, karena benda-benda mati sebenarnya hidup dan senantiasa berdzikir dan memuji keagungan nama Allah subhanahu wata’ala. Maka selayaknyalah kehidupan di dunia yang sementara ini tidak dilewatkan dalam kelalaian dari mengingat Allah subhanahu wata’ala, serta berhati-hatilah dalam menjalani kehidupan dunia ini, sebagaimana di dalamnya terdapat anugerah dan musibah yang pasti akan dihadapi oleh manusia. Tidak ada kehidupan tanpa anugerah atau permasalahan, sehingga Allah subhanahu wata’ala menciptakan siang dan malam sebagai pelajaran kepada manusia bahwa kehidupan di dunia ini akan selalu terdapat perubahan dalam setiap waktu dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Mampu merubah segala sesuatu. Sebagaimana perubahan yang terjadi pada jasad manusia, dimana setiap sel-sel di tubuh manusia tumbuh dan berkembang dalam setiap detiknya. Manusia tidak akan mampu mengatur perubahan dalam tubuhnya, tidak mampu mengatur detak jantung, tidak mampu mengatur pertumbuhan sel-sel di dalam tubuhnya, tidak mampu mengatur setiap nafas dan lainnya, namun Allah subhanahu wata’ala dengan mudah mampu mengatur hal-hal tersebut. Maka dalam setiap nafasnya manusia selalu berada dalam asuhan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala, sehingga Allah memberikan pengajaran kepada manusia dengan adanya alam dan segala yang ada di dalamnya serta sifat-sifatnya seperti air, tanah, api, udara, cahaya, kegelapan, serta sifat-sifat makhluk lain yang Allah ciptakan seperti malaikat, syaitan, binatang dan tumbuhan, Allah jadikan sifat-sifat tersebut ada dalam hati setiap manusia. Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi :
مَا وَسِعَنِيْ أَرْضِيْ وَلَا سَمَائِيْ وَلَكِنْ وَسِعَنِيْ قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ
“ Tidak dapat menampung-Ku (rahasia keluhuran Allah) bumi-Ku atau langit-Ku, akan tetapi mampu menampung-Ku hati hamba-Ku yang beriman”
Maka sanubari seorang yang beriman lebih luas dan kuat dari seluruh alam semesta, karena mampu menampung keluhuran dan cahaya keagungan Allah subhanahu wata’ala, yang mana tidak mampu ditampung oleh alam semesta, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
( الحشر : 21 )
“Jika Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, niscaya engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir”. ( QS. Al Hasyr : 21 )
Gunung akan hancur jika diturunkan kepadanya Al qur’an karena takut pada kewibawaan Allah subhanahu wata’ala, namun sanubari manusia yang beriman mampu menerima dan menampung kewibawaan Allah, kecintaan dan kasih sayang Allah, dan segala sifat keluhuran Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Sempurna dan Maha memilki segala kesempurnaan, Maha Memiliki segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, akan tetapi waspadalah jangan sampai sanubari kita terbawa ke dalam sifat-sifat yang tidak baik dari mahkluk yang Allah ciptakan. Sebagaimana dalam setiap hati manusia terdapat sifat-sifat dari segala makhluk, seperti sifat pemarah, dimana sifat ini dikiaskan sebagai sifat seekor anjing, dan hawa nafsu atau syahwat dikiaskan sebagai sifat dari seekor babi, yang mana hewan-hewan tersebut dihukumi sebagai hewan yang najis, akan tetapi tidak satu pun dari hewan tersebut yang memprotes kepada Allah karena telah diciptakan sebagai hewan yang najis, padahal hewan-hewan tersebut senantiasa berdzikir dan mengagungkan nama Allah subhanahu wata’ala. Tentunya hewan tidak lebih baik dari kita sebagai manusia, akan tetapi justru kita sering lalai dari mengingat Allah dan barangkali di dalam hati kita sering memprotes akan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Kelak di akhirat manusia akan muncul dalam wujud yang sesuai dengan keadaan sanubarinya hari-hari yang terlewatkan dalam kehidupannya di dunia, apakah muncul dalam bentuk hewan ataukah muncul dalam bentuk manusia yang bercahaya?!. Maka perhatikanlah waktu dan hari-hari yang kita lewatkan dalam kehidupan kita, apakah terlewatkan dalam keluhuran atau dalam kehinaan?!. Maka jadikanlah panutan kita adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia yang paling ramah terhadap semua makhluk Allah subhanahu wata’ala, dimana segala tuntunan dari perbuatan dan perkataannya adalah bimbingan dari Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
أَدَّبَنِيْ رَبِّيْ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِيْ
“Tuhanku telah mendidikku dan Dia mendidikku dengan sebaik baik-baik pendidikan”.
Allah subhanahu wata’ala telah membimbing dan mengajari nabi Muhammad adab bahkan terhadap butiran tanah yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menginjakkan kaki diatasnya untuk berjalan perlahan-lahan dan tidak menghentakkan kaki di bumi, sebagaimana firmanNya subhanahu wata’ala :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا ( الفرقان : 63 )
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati”. ( QS. Al Furqan : 63 )
Saat ini banyak ummat Islam di dunia yang dibuat murka akan perbuatan orang-orang yang menghina dan melecehkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya kita semua mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi jangan kita jadikan emosi kita ummat islam dikendalikan oleh mereka orang-orang yang tidak menyukai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga mereka dengan mudah dapat membuat ummat Islam marah atau tenang sesuai keinginan mereka, yang semestinya merekalah yang kita seru kepada kemuliaan bukan justru kita yang dikendalikan oleh mereka, dan hal itu pun (penghinaan terhadap nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) tidak akan terjadi kecuali dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala, dan hal tersebut juga telah terjadi 14 abad yang silam di masa hidup beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka dalam menghadapi hal ini, kita jadikan nama beliau shallallahu ‘alaihi wasalam semakin menjadi harum dan indah dengan mengenalkan budi pekerti luhur beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada keluarga, kerabat dan teman-teman kita. Jangan sampai kita yang semasa di dunia seakan-akan adalah orang yang paling mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, justru lebih menghinakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam daripada orang-orang yang tampaknya telah menghina nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena kita terpancing emosi dan kemarahan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran disekitarnya. Dan hal ini kelak akan terungkap di hari kiamat, di saat kita dihisab oleh Allah dan disaksikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh Allah apakah ummat beliau melakukan perbuatan-perbuatan tersebut (kerusakan dan kehancuran yang disebabkan kemarahan akan hinaan terhadap nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam), maka nabi Muhammad harus membenarkan setiap pertanyaan Allah akan perbuatan yang telah dilakukan ummatnya ketika di dunia. Maka perbuatan dosa tersebut kelak di hari kiamat akan mempermalukan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Maka kendalikanlah emosi dalam menghadapi peristiwa tersebut, dengan berfikir yang manakah perbuatan yang membawa manfaat atau keburukan. Dan hal tersebut Allah subhanahu wata’ala izinkan untuk terjadi?, karena ummat Islam banyak yang telah melupakan nabi mereka shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga kejadian tersebut membuat mereka ingin lebih mengetahui nabi mereka, betulkah nabi mereka seperti yang orang-orang tuduhkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga dengan itu mereka akan lebih mempelajari sirah dan akhlak-akhlak nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu juga orang-orang yang di luar Islam pun akan tertarik perhatian mereka untuk mengetahui apakah betul demikian sosok nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga mereka pun akan mencari tahu dan mempelajari tentang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana dengan hal tersebut mereka akan mengenal dan mengetahui bahwa seorang (nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) yang dihina dan dilecehkan itu adalah sosok manusia yang paling baik, manusia yang paling ramah dan berlemah lembut kepada semua orang baik yang seagama dengannya atau pun orang yang berbeda agama dengannya, bahkan terhadap musuh-musuhnya sekalipun. Dan bulan Dzulqa’dah ini mengingatkan kita pada perjanjian Hudaibiyah yang terjadi di bulan Dzulqa’dah tahun 6H, dimana ketika itu 1500 muslimin menuju ke Makkah untuk melaksanakan ibadah umrah, namun dihalangi oleh orang kafir quraisy, padahal kaum muslimin disaat itu tidak ada yang membawa senjata apapun atau peralatan perang yang lainnya, karena mereka hanya ingin melakukan ibadah Umrah dan Haji, namun kuffar quraisy tetap tidak memberi izin untuk masuk ke Makkah, sehingga mereka membuat perjanjian yang menguntungkan fihak quraisy, yang mana diantara perjanjian tersebut adalah jika kaum muslimin yang di Makkah akan berangkat ke Madinah maka harus dengan seizin para pembesar quraisy, akan tetapi penduduk Madinah yang ingin ke Makkah dan masuk pada agama quraisy maka tidak boleh dihalangi dan dilarang. Adapun hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa tersebut adalah kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin akan tindakan kuffar quraisy terhadap mereka dalam perjanjian Hudaibiyah tersebut yang sangat menyakitkan kaum muslimin, sehingga 2 tahun setelahnya terjadilah fath Makkah di tahun 8 H, dan jumlah muslimin di saat itu adalah 10.000, sehingga dengan jumlah yang besar tersebut kaum kuffar quraisy tidak lagi mampu untuk menghalangi mereka ketika memasuki kota Makkah, dan ketika itu mereka juga tidak membawa senjata apa pun. Kemudian 2 tahun setelah kejadian Fath Makkah yaitu tahun 10 H Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan haji wada’ (haji perpisahan) bersama 120.000 kaum muslimin. Demikian pesat perkembangan Islam sebab budi pekerti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Adapun riwayat yang tadi kita baca menunjukkan kemuliaan cinta para sahabat terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana sayyidina Ubaidah merasa sangat cemburu terhadap Ibn Sirin yang memilki dan menyimpan sehelai rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga baginya jika memilki sehelai rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka itu lebih ia cintai dari dunia dan seisinya, sebab kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa Ibn Sirin adalah putra Sirin yang ia adalah pembantu sayyidina Anas bin Malik Ra, dan sayyidina Anas bin Malik adalah pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana Rasulullah jadikan sebagai anak angkat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian kecintaan para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan tahallul di saat Haji Wada’ maka tidak sehelai pun dari rambut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang terjatuh ke bumi, akan tetapi helaian rambut-rambut beliau terjatuh di tangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah mengabulkan seluruh hajat kita, menghapus seluruh dosa-dosa kita, menjauhkan kita dari segala musibah dan permasalahan, serta mempermudah kita dalam mencapai keluhuran, kemuliaan, kebahagiaan di dunia dan akhirat.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا